MUHAMMAD : TUJUH TAHUN PERTAMA DI MEDINA
USIA : 53-60 TAHUN
YESUS : AKHIR SATU SAMPAI DUA TAHUN PELAYANANNYA SAMPAI PERJALANAN AKHIR DI YERUSALEM
USIA : 34 – 35 TAHUN.
Cara Yesus menjalankan pelayanannya tetap sama mulai dari awal sampai pada akhirnya. Namun dalam kehidupan Muhammad, ada beberapa peristiwa yang menandai perubahan besar. Salah satunya adalah perjalanan dari Mekah ke Medinah yang dikenal dengan hijrah. Pada bab ini kita akan melihat apa yang terjadi setelah kepindahan Muhammad dan bagaimana ia bekerja dengan dua belas orang pemimpin yang menyebarkan Islam. Kita juga akan melihat bagaimana Yesus bekerja dengan keduabelas muridnya dalam menyebarluaskan pesannya.
Kita juga akan melihat sebuah alur cerita yang mempengaruhi kehidupan mereka – yaitu penentangan yang mereka terima dari masyarakat Yahudi atau kelompok agama pada saat itu.
TENTARA MUHAMMAD DALAM PENYEBARAN ISLAM
Pada bab sebelumnya, kita mengetahui kisah Muhammad yang membuat perjanjian dengan dua suku terkuat di Medina. Dalam bab ini, kita akan melihat bahwa ia mulai mengirimkan para pengikutnya dalam kelompok-kelompok kecil dari Mekah untuk tinggal di Medinah. Hal ini memakan waktu beberapa bulan.
Kesedihan Muhammad atas Mekah
Ketika Muhammad telah siap pindah dari Mekah ke Medinah, ia pergi ke puncak gunung yang dapat melihat Mekah dari atasnya, dan berkata, “Oh Mekah, aku bersumpah, kamu adalah kota yang paling dekat dengan hatiku, dan kalau bukan karena pendudukmu yang mengusir aku, aku tidak akan meninggalkanmu.”[1]
Dengan kata lain, Muhammad mengatakan betapa ia sangat mencintai Mekah. Ingatlah kata-kata Muhammad, karena kita akan kembali mengunjungi kota ini setelah ia kembali ke Mekah, delapan tahun kemudian.
Setelah itu, Muhammad dan salah seorang pengikutnya yang sejati, Abu Bakar, meninggalkan Mekah pada malam hari dan tiba di Medinah dengan selamat. Hal ini dikenal dengan hijrah kedua, atau naik haji.[2] Kalender Islam menandai tanggalannya dimulai dari tahun hijrah ini. Oleh karena itu, tahun 5 Hijrah, berarti lima tahun setelah setelah kepindahan Muhammad ke Medinah.
Setelah beberapa tahun mencari perlindungan, Muhammad sekarang berada dalam posisi yang aman. Lalu apa yang ia lakukan?
Ijin untuk berperang
Di Mekah, Muhammad menghabiskan waktu tiga belas tahun untuk bekerjasama dan bertoleransi, tanpa menggunakan kekerasan. Ia seringkali mengampuni orang-orang yang menyakitinya dan tidak mencoba untuk membalas dendam. Setelah ia pindah ke Medinah, anak domba yang lemah lembut ini berubah menjadi singa yang mengaum.
Sebelum berakhir satu tahun pertamanya di Medinah, Muhammad mengumumkan bahwa Allah telah memberikannya ijin untuk berperang. Sejarah Islam mencatat:
“Kemudian rasul Allah mempersiapkan diri untuk berperang dalam melaksanakan perintah Allah, memerangi musuh-musuhnya dan mereka yang menyembah banyak tuhan, yang berada di dekatnya dan yang Tuhan perintahkan untuk diperanginya. Ini adalah tahun ke tiga belas setelah panggilannya.”[3]
Selama tahun-tahun pertamanya di Medinah, Muhammad melakukan sendiri beberapa perampasan, tetapi ia juga mengirim kerabat atau pengikut setianya untuk melakukan perampasan. Ini termasuk juga mengirimkan pamannya, Hamzah, dengan tiga puluh tentara untuk melakukan serangan mendadak terhadap sebuah kereta dari Mekah dan mengirim sepupunya untuk menyerang beberapa orang suku Qurais, ketika mereka pergi keluar dari Mekah.[4]
Orang-orang Mekah tidak mengorganisir satupun serangan berskala besar terhadap Muhammad setelah ia meninggalkan Mekah. Namun, Muhammad memerintahkan sebuah serangan besar terhadap kereta dari Mekah yang akan pergi ke Siria atau kembali ke Mekah. Ini adalah sebuah titik balik besar dalam sejarah Islam.
Serangan ini lebih dari sekedar kepentingan ekonomi, ini adalah serangan terhadap pertahanan Mekah. Kereta-kereta ini hanya keluar dari Mekah dua kali dalam setahun. Mereka kembali dengan membawa makanan, gula, garam, dan pakaian yang dibutuhkan oleh orang-orang untuk bertahan hidup. Mekah adalah padang pasir yang tidak dapat menghasilkan cukup banyak makanan, jadi mereka benar-benar bergantung pada hasil perdagangan. Jika Muhammad berhasil melakukan penyerangan terhadap kereta-kereta dagang tersebut, maka Mekah akan mengalami penderitaan kelaparan.
Sampai suatu hari, pemimpin dari sebuah kereta, Abu Sufyan, mendengar tentang kisah Muhammad ini dan karenanya menghindari tempat di mana Muhammad sedang menunggu untuk merampok. (Ingatlah orang ini karena ia akan menjadi bagian dari kisah Muhammad lainnya nanti). Orang-orang dari Mekah kemudian memutuskan agar Muhammad diberikan hukuman atas maksudnya itu. Mereka ingin berperang dengannya, dan dua kelompok bertemu di lembah Badar. Muhammad hanya membawa sekitar tiga ratus orang bersamanya, tetapi mereka memenangkan peperangan dan membunuh banyak penduduk Mekah (Perang Badar, tahun 624 M, 2 H).[5] Hal ini menjadikan Muhammad sebagai pemimpin terbesar di Arab. (Walaupun ia telah mengalahkan musuh-musuh mereka, namun kota Mekah tetap berada di bawah kepemimpinan suku Qurais pada saat itu.)
Perang Badar dianggap sebagai perang suci oleh semua orang. Muhammad mengatakan bahwa malaikat Gabriel datang kepadanya dengan memberikan wahyu bagaimana mencapai kemenangan mereka. Ini adalah surat ke 8 dalam Al-Quran, yang dinamakan, “Rampasan Perang.” Bab ini berbicara tentang peperangan dan memberikan beberapa instruksi praktis. Mari kita lihat empat hal penting dalam hal ini:
1. Wahyu tersebut mengatakan kepada umat Islam bagaimana membagi barang-barang yang mereka rampas dari pasukan yang kalah perang.
“Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, rasul, kerabat rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan para pelancong.”
-- Surat 8:41 – Terjemahan Ali
Dengan kata lain, Muhammad memperoleh 20% (bagian yang akan ia distribusikan kepada orang-orang miskin) dan sisanya 80% dibagi di antara orang-orang yang ikut berperang dengannya. Ini kedengarannya sangat baik ketika tentara Anda hanya berjumlah tiga ratus orang, tetapi kemudian tentara Muhamad bertambah menjadi sepuluh ribu orang. Dengan jumlah tentara sebesar itu, maka setiap orang hanya mendapat 0,008% dibandingkan Muhammad yang 20%. Ini menyebabkan timbul keluhan di antara para tentara.
2. Wahyu kemudian memerintahkan umat Islam untuk terus memerangi siapapun yang menolak Islam.
“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah (orang-orang yang tidak percaya dan menyembah banyak tuhan, atau menyembah yang lain selain Allah), dan supaya agama itu (menyembah) semata-mata untuk Allah (di seluruh dunia).”
-- Surat 8:41 --
“Hai nabi (Muhammad), kobarkanlah semangat para mukmin itu untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh .... karena mereka (orang-orang kafir) itu adalah kaum yang tidak mengerti.”
-- Surat 8:65 --
Jadi, cara paling aman dari serangan tentara Muhammad adalah dengan menerima Islam.
“Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu, jika mereka berhenti (dari kekafirannya) niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu, dan jika mereka kembali lagi sesungguhnya akan berlaku kepada mereka sunnah (Allah terhadap) orang-orang dahulu.”
-- Surat 8:65 --
3. Wahyu ini memberitahukan umat Islam untuk bersiap-siap menghadapi misi berikutnya.
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang ... untuk menggentarkan musuh Allah dan musuhmu. ”
-- Surat 8:60 --
4. Wahyu ini memerintahkan mereka untuk berperang dengan keras.
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya (baik dengan lidah maupun dalam pikiran) agar kamu beruntung.”
-- Surat 8:45 --
Muhammad mengajarkan bahwa misinya untuk menyebarluaskan Islam adalah dengan menggunakan perang suci. Ia memberikan otoritas kepada para pengikutnya untuk menyerang orang-orang yang tidak percaya dan merampasi barang-barang mereka.
UPAYA PENDUDUK MEKAH MENGHENTIKAN MUHAMMAD
Seluruh tanah Arab merasa terancam oleh Muhammad. Di tahun 5 H, beberapa penyembah berhala dari Mekah kemudian bergabung dengan orang-orang Yahudi di Medinah untuk menyerang Muhammad. Umat Islam lalu menggali parit di sekitar kota Medinah dan berhasil menakut-nakuti orang-orang Mekah, yang kemudian menarik diri untuk mundur. Tidak terjadi perang pada saat itu. Dikenal sebagai Perang Parit, peristiwa ini sangat penting bagi sejarah Islam karena jika Muhammad menderita kekalahan, maka masa depan Islam akan terancam.
Demikianlah, Muhammad terus melanjutkan penyebaran Islam dengan cara militer. Ia sendiri ditemani oleh para pejuang dalam dua puluh tujuh perampokan, dan sembilan diantaranya ia lakukan sendiri. Umat Islam melakukan tiga puluh delapan perampokan dan perjalanan sementara Muhammad sendiri tinggal di Medinah.[6]
Muhammad terus menyampaikan wahyu dari malaikat Gabriel sepanjang waktu tersebut. Pesan-pesan ini dikumpulkan dan ditambahkan ke dalam Al Quran, seperti biasanya. Wahyu yang baru ini mengijinkan penyebaran Islam dengan cara kekerasan. Sekarang, mari kita lihat Yesus pada akhir perjalanan hidupnya dan bagaimana ia memerintahkan para murid untuk memberitakan pesannya.
YESUS MENGUTUS MURID-MURIDNYA UNTUK
MEMBERITAKAN INJIL
Tidak seperti Muhammad, yang berubah secara drastis setelah pindah ke Medinah, Yesus tidak merubah pesan maupun cara menyampaikan pesan tersebut. Ketika ia memasuki tahun ketiga pelayanannya, ia terus berkeliling, berkhotbah di sinagoga atau tempat-tempat umum, menyembuhkan orang sakit, mengusir setan dan melakukan berbagai mujizat. Orang banyak tertarik kepadanya dan pemuka-pemuka agama merasa terancam dengan kehadirannya. Dalam keadaan seperti ini, ia memberikan perintah kepada keduabelas muridnya untuk pergi memberitakan Injil tanpanya. Ia kemudian memanggil kelompok yang lebih besar lagi yang terdiri dari tujuh puluh dua orang untuk melakukan hal yang sama. Mari kita lihat secara rinci apa yang ia katakan kepada mereka.
Perintah untuk berkeliling
Ketika saya menyampaikan pesan Yesus kepada murid-muridnya, saya akan membandingkannya dengan instruksi yang disampaikan Muhammad kepada para pengikutnya.
1. Muhammad memberikan otoritas kepada pengikutnya untuk melakukan perang, tetapi Yesus memberi perintah yang berbeda kepada murid-muridnya. Kitab Matius mengatakan:
“Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan.”
-- Matius 10:1 --
Setelah memberikan mereka kuasa, Yesus memerintahkan para pengikutnya untuk:
“Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan.”
-- Matius 10:8 --
2. Muhammad memberikan perintah kepada pengikutnya tentang bagaimana membagi barang rampasan dari orang-orang kafir. Yesus melarang para muridnya untuk membawa uang atau menerima uang dari orang-orang..
“Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma. Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu.”
--- Matius 10:8-9 –
Tetapi Yesus mengijinkan para pengikutnya untuk menumpang di rumah orang dan makan bersama mereka.
“Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah.”
--- Lukas 10:7 –
3. Jika sebuah kota menolak Islam, Muhammad memerintahkan umat Islam untuk menyerangnya. Tetapi Yesus berkata:
“Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu.”
--- Matius 10:14-15 –
Dengan kata lain, Yesus berkata bahwa kota yang menolak pesannya akan dihukum oleh Tuhan pada hari Penghakiman, bukan oleh para murid di saat ini.
Sama seperti yang dilakukan dalam hidupnya, Yesus memberitahu para pengikutnya untuk menjauhi mereka yang menentang.
“Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain”
--- Matius 10:23 –
4. Muhammad memerintahkan orang-orangnya untuk memerangi orang-orang kafir. Yesus malah berkata kepada para pengikutnya untuk waspada terhadap orang-orang tidak percaya yang akan menganiaya mereka. Ia berkata, mereka akan dijual, ditangkap, dan dipenjarakan (Matius 10:16-19).
Para murid mengikuti perintah Yesus.
“Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat, dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka.”
--- Markus 6:12-13 –
KONFLIK DENGAN ORANG-ORANG YAHUDI
Ada alur cerita utama dalam kehidupan Yesus dan Muhammad – yaitu konflik mereka dengan orang-orang atau pemuka-pemuka agama Yahudi. Kebanyakan interaksi Muhammad dengan orang-orang Yahudi terjadi ketika ia masih di Medinah, karena di Mekah hanya terdapat sedikit orang Yahudi. Sementara Yesus, yang adalah juga orang Yahudi, berinteraksi dengan orang-orang Yahudi seumur hidupnya. Meskpun ia mengalami konflik dengan pemuka-pemuka agama Yahudi. Mari kita lihat bersama apa yang terjadi dalam hidup Muhammad.
Konflik Muhammad dengan orang Yahudi
Komunitas Yahudi terbesar di Arab terdapat di Medinah. Setelah Muhammad pindah ke kota ini, ia berinteraksi dengan orang-orang Yahudi setiap hari. Ia berdagang dengan mereka, mengunjungi rumah mereka dan makan bersama mereka.
Muhammad berharap orang-orang Yahudi dapat menerima Islam karena ia mengajarkan hanya ada satu Tuhan, sama seperti yang diyakini oleh orang Yahudi. Namun orang-orang Yahudi tidak terkesan dengan ajaran Muhammad. Mereka meminta tanda kalau ia benar-benar seorang nabi. Al-Quran menulis:
“Dan mereka berkata: “Mengapa tidak diturunkan kepadanya mujizat-mujizat dari tuhannya?”
--- Surat 29:50 –
Muhammad menjawab, bahwa ia hanya seorang manusia, seorang pemberi peringatan, dan Al-Quran itu sendirilah yang menjadi satu-satunya tanda yang dibutuhkan oleh orang-orang.
“Katakanlah, “Sesungguhnya tanda-tanda itu hanya dari Allah, dan aku hanyakah seorang pemberi peringatan yang nyata.” Apakah tidak cukup bagi mereka bahwa kami telah menurunkan kepadamu Alkitab (Al Quran) yang dibacakan kepada mereka.”
--- Surat 29:50-51 –
Muhammad berdebat dengan orang-orang Yahudi selama tiga tahun. Kemudian yang mengejutkan mereka adalah ia memerintahkan untuk membunuh setiap orang Yahudi yang ketahuan mengritiknya dengan puisi (3 H). Seperti inilah peristiwa itu terjadi.
Dalam sebuah pertemuan dengan beberapa pengikutnya, Muhammad bertanya, “Siapakah yang akan membunuh orang itu bagiku?” Beberapa orang Islam bersedia. Pada suatu malam, mereka pergi ke rumah orang itu dan mengajaknya berjalan-jalan. Setelah mereka berjalan dan berbincang-bincang sebentar, seorang Islam memberikan sebuah tanda, dan mereka menyerang mereka dengan pedang dan pisau belati, menikamnya sampai mati.[7]
Perilaku Muhammad terhadap orang-orang Yahudi telah berubah. Ia memerintahkan pembunuhan yang lain, dan karena mereka menolak untuk menerima Islam dan itu menjadi ancaman baginya, ia secara sistematis berusaha mengusir mereka dari wilayah Arab.
Pertama, ia menyerang Bani Nadir (suku Nadir, pada 4 H). Ia mematahkan lengan mereka dan memaksa mereka untuk meninggalkan tempat itu. Dua tahun kemudian ia merampok kampung Bani Qurayzah (Kor-AY-zuh). Ia mengepung mereka. Setelah mereka menyerah, ia membunuh semua laki-laki (kurang lebih enam ratus orang) dan membawa wanita dan anak-anak menjadi budak (5 H).[8] Dan akhirnya ia membawa orang-orang Yahudi keluar dari Khaybar (7 H) kampung orang Yahudi di dekat Madinah.
Muhammad menghidupi diriya dan keluarganya dengan barang-barang yang ia rampas dari orang-orang Yahudi di Khaybar.
“Telah diceritakan atas nama Umar, yang berkata, “Barang-barang milik Bani Nadir adalah salah satu hadiah yang diberikan Allah kepada rasulnya, karena tidak ada perjalanan yang dilakukan, baik dengan menggunakan pasukan berkuda ataupun pasukan berunta. Barang-barang ini dikhususkan bagi Rasul Kudus. Ia akan memenuhi kebutuhan keluarganya dari penghasilan ini dan menggunakan sisanya untuk membeli kuda dan senjata yang dipersiapkan untuk jihad.”[9]
Muhammad tidak mentolerir kritikan dari orang-orang Yahudi dan dia tidak mengijinkan mereka hidup dalam damai karena takut mereka akan bergabung dengan musuh-musuhnya untuk berperang dengannya.
Pertemuan Yesus dengan pemuka agama Yahudi
Enam ratus tahun sebelum zaman Muhammad, orang-orang Yahudi pada zaman Yesus, juga mengritik sebuah pesan baru. “ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terus-menerus mengintai dan membanjiri-Nya dengan rupa-rupa soal.” (Lukas 11:53).
Sama seperti yang mereka lakukan terhadap Muhammad, orang-orang Yahudi meminta tanda dari Yesus.
“Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus: "Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari pada-Mu." Tetapi jawab-Nya kepada mereka: "Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.”
-- Matius 12:38-40 --
Yesus menggunakan “tanda Yunus” untuk mengatakan bahwa ia akan mati dan tinggal di dalam kubur selama tiga hari sebelum akhirnya ia bangkit hidup kembali.
Yesus juga menawarkan kuasa kesembuhan dan tanda-tanda mujizat sebagai tanda bahwa ia memiliki kuasa Ilahi. Ketika Yesus mengajar murid-muridnya, ia berkata, “Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.” (Yohanes 14:11; lihat juga Matius 9:2-7).
Yesus menunjukkan rasa kesal dan marah kepada pemuka-pemuka agama Yahudi. Injil mencatat, beberapa kali ia bersuara keras menentang mereka (Matius 23, Markus 7:1-23; Yohanes 8:42-59). Ia juga menggunakan perumpamaan untuk memprotes tindakan mereka (Matius 21:28-46; 22:1-14). Namun, ia tidak berusaha untuk melukai satupun di antara mereka secara fisik.
Kita telah melihat apa yang diperbuat oleh Yesus dan Muhammad dalam setengah putaran kedua pelayanan mereka, sekarang mari kita melihat kehidupan pribadi mereka.
KEHIDUPAN PRIBADI
Setelah Muhammad pindah ke Madinah, kehidupan pribadinya berubah secara signifikan. Ketika di Mekah, ia tetap menikah dengan satu orang isteri, Kadijah, yang meninggal setelah dua puluh lima tahun pernikahan. Selama tahun pertama di Madinah, Muhammad menandatangani kontrak kawin dengan anak perempuan salah satu pengikut setianya, Abu Bakar. Hal ini tidak tampak aneh, kecuali bahwa anak perempuan itu masih berusia enam tahun.[10]
Sejarah Islam mengatakan bahwa Muhammad tidak melakukan hubungan seksual dengan perempuan bernama Aisah itu, sampai ia berusia sembilan tahun, tetapi pengaturan ini sangatlah tidak biasa, bahkan dalam masyarakat Arab sekalipun. Ia tetap menikah dengan Muhammad sampai ia meninggal, dan pada saat itu Aisah baru berusia delapan belas tahun. Meski demikian, Aisah bukanlah satu-satunya isteri Muhammad. Muhammad menikahi sebelas perempuan lainnya selama ia berada di Madinah. Muhammad menghabiskan banyak tenaga untuk mengurusi isteri-isterinya. (Saya menjelaskan dampak dari isteri-isterinya ini secara rinci dalam bab 16)
Sebaliknya, kami tidak mempunyai catatan bahwa Yesus pernah menikah. Ia menghabiskan waktunya dengan para muridnya dan terutama dengan tiga orang yang terdekat di antara mereka, yaitu Petrus, Yakobus dan Yohanes (Matius 17:1, Markus 5:37, 14:33). Ia memelihara hubungan baik dengan ibunya dan saudara-saudaranya dan ia juga memiliki hubungan akrab dengan Maria, Marta dan saudara mereka, Lazarus. Sekelompok kecil perempuan berjalan mengikuti Yesus dan membantunya. (Lihat bab 16 untuk informasi lebih jelas)
KESIMPULAN
Kita sekarang sudah mendekati akhir dari hidup baik Yesus maupun Muhammad. Bab berikutnya dari buku ini akan melihat tiga tahun terakhir dari kehidupan Muhammad (usia 61-63 tahun) dan beberapa bulan terakhir dalam kehidupan Yesus (usia sekitar 35 – 36 tahun).
[1] Ibn Kathir, The Beginning and the End, vol. 2, bagian 3, hal 215.
[2] Ibn Ishaq, hal. 324 ff.
[3] Ibid. hal 280.
[4] Ibid, hal 281 – 286.
[5] Ibid, hal 297.
[6] Ibid, hal 257
[7] Ibid, hal 659-660
[8] Ibid, hal 368.
[9] The Correct Books of Bukhari, vol. 5, buku 59, no. 447.
[10] The Correct Books of Muslim, buku 19, no. 4347.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar