Sangat mengagumkan bahwa satu kata – doa – bisa memiliki dua arti yang sangat berbeda. Yesus dan Muhammad, kedua-duanya mengajarkan para pengikut mereka untuk berdoa, tetapi metode dan tujuan mereka sama sekali berbeda.
Pada bab ini, saya akan menggambarkan kepada Anda cara berdoa umat Islam yang telah saya jalani selama tiga puluh tahun. Jika Anda adalah seorang Islam, Anda tentu akan sangat mengerti apa yang sedang saya bicarakan. Tetapi, jika Anda tidak pernah mempraktekan Islam, kebanyakan informasi ini akan menjadi sesuatu yang baru bagi Anda. Saya akan menjelaskannya secara detail untuk Anda. Setelah menjelaskan ajaran Muhammad tentang doa, saya akan menggambarkan ajaran Yesus kepada murid-muridnya tentang bagaimana berdoa dan bagaimana ajaran itu memberi dampak kepada saya pada saat pertama kali saya membacanya.
POLA BERDOA
Keluarga saya membawa saya ke mesjid sejak saya masih balita. Ketika saya berusia enam atau tujuh tahun, saya diminta untuk pergi ke mesjid dan berdoa lima kali sehari. Tumbuh besar di tengah keluarga yang taat di Mesir, menjadi bagian dari hidup kami. Sebagai seorang anak kecil, saya mempunyai kenangan yang sangat jelas tentang bangun pagi sekitar pukul 3.30 untuk berdoa yang pertama, di musim dingin. Doa menjadi bagian dalam hidup saya.
Setelah lulus dari SMU Al Azhar, ketika saya berusia delapan belas tahun, saya memiliki kualitas untuk memimpin doa. Paman saya seakali-sekali memberi kesempatan bagi saya untuk memimpin doa di mesjidnya.
Setelah saya memperoleh gelar sarjana di Al Azhar, saya menghabiskan waktu satu tahun di tentara Mesir dan memimpin doa di mesjid markas kami.
Setelah menyelesaikan gelar master, saya dijadikan pemimpin di sebuah mesjid kecil dan memimpin doa pertama, keempat dan kelima.
Setiap hari dalam hidup saya – dari kecil hingga saat saya masuk penjara oleh polisi Mesir – saya berdoa lima kali sehari. Singkatnya, banyak sekali doa dalam agama Islam.
Dalam Islam, doa lima kali sehari ini menggunakan baik kata-kata maupun gerakan fisik. Setiap unit dalam doa dinamakan raka’at (RA-kuh-ah). Saya akan menjelaskan kepada Anda pola dari satu raka’at ini.
MEMBERSIHKAN DIRI
Bayangkan Anda sedang berada di kampus Universitas Al-Azhar ketika panggilan untuk berdoa yang ketiga dikumandangkan pada jam 3 siang. Jika Anda di sana, hal ini yang akan Anda alami.
Di manapun, semua aktivitas berhenti. Setiap orang yang telah menjadi kotor (yang baru saja dari kamar mandi, memegang perempuan atau anjing, dan sebagainya) harus membersihkan diri sebelum berdoa. Semua orang yang hendak mencuci diri ini pergi ke kamar mandi di gedung akademik atau pergi ke kamar mandi besar di belakang mesjid universitas. Sebelum ia mencuci, ia mengatakan tiga kata-kata ini, “Saya meletakkan wajah saya kepada pencipta yang sesungguhnya dan saya mulai membersihkan diri.” Kemudian ia melakukan langkah-langkah berikut ini:
1. Ia mencuci tangannya. Pertama-tama ia mencuci tangan kanan baru kemudian tangan kirinya. Setiap tangan
dicuci sampai pergelangan saja – sebanyak tiga kali.
2. Ia mencuci mulutnya dengan air. Ia menggunakan tangan kanan untuk membersihkan giginya – sebanyak tiga
kali.
3. Ia membersihkan hidungnya dengan air – sebanyak tiga kali.
4. Ia mencuci wajahnya dengan air mulai dari garis rambut, sekitar telinga, dan di bawah dagu – sebanyak tiga
kali.
5. Ia mencuci tangannya, mulai dari pergelangan tangan sampai siku, tangan kanan terlebih dahulu – sebanyak
tiga kali.
6. Ia mencuci rambutnya dengan memasukkan tangannya ke dalam air dan mengusapkannya ke rambut – sebanyak satu
kali.
7. Ia mencuci telinganya dengan jari yang dibasahkan. Tetapi, ada arah tertentu yang harus diikutinya untuk
melakukan hal ini.
8. Ia mencuci kakinya sampai ke pergelangan kaki, kaki kanan terlebih dahulu – sebanyak tiga kali.
Ini adalah cara umat Islam mencuci dirinya untuk dapat berdiri di hadapan Allah. Inilah yang Muhammad lakukan, dan karena ia adalah contoh bagi umat Islam, maka hal itu juga dilakukan oleh umat Islam.
SETENGAH BAGIAN PERTAMA DARI RAKA’AT
Setelah mencuci, semua orang masuk ke dalam mesjid universitas yang terletak di pusat kampus, dan mereka membentuk barisan yang menghadap ke Mekah (Arab Saudi). Sekitar delapan ratus sampai seribu orang bisa ada di dalam mesjid. Pemimpin doa, menaruh tangannya di belakang telinga dan mengatakan, “Allah Maha Besar.” Kemudian semua orang mengikutinya, “Allah Maha Besar.”
Setelah semua orang meletakkan tangannya di depan perut mereka, tangan kanan di atas dan mengutip bagian pertama dari Al Quran dalam bahasa Arab. Tidak peduli apapun bahasa yang dipakai oleh umat Islam, tetapi bagian ini tetap harus dibaca dalam bahasa Arab.
Dalam beberapa detik berikutnya, pemimpin doa memberikan waktu bagi setiap orang untuk membaca ayat tambahan dari Al Quran. Tergantung kepada masing-masing orang berapa banyak ayat yang bisa ia baca selama waktu yang diberikan oleh pemimpin doa.
Kemudian pemimpin doa mengangkat tangannya ke belakang telinga dan berseru kembali, “Allah Maha Besar.”
Dengan serentak, mereka menekukan pinggang mereka dengan tangan diletakkan di atas lutut dan menjawab, “Aku menyembah hanya kepada Tuhan.”
Ini adalah bagian pertama dari raka’at. Bagian selanjutnya dari raka’at segera akan dimulai.
SETENGAH BAGIAN KEDUA DARI RAKA’AT
Pertama-tama mereka berlutut bersama-sama dengan menyentuhkan lutut mereka ke tanah, kemudian tangan dan yang terakhir menyentuhkan dahi mereka ke tanah. Kemudian mereka berkata, “Aku menyembah Tuhan Yang Maha Tinggi,” sebanyak tiga kali. Dahi mereka tetap menyentuh tanah sampai pemimpin doa membimbing mereka untuk duduk. Mereka kemudian duduk bersandar ke belakang di atas tumit mereka dengan kaki bersila pada pergelangan kaki dan kaki kiri berada di dalam. Muhammad menyilangkan kakinya dengan cara demikian, oleh karena itu umat Islam pun melakukannya. Cara seperti ini diulang sampai tiga kali.
Selama melakukan hal ini, mereka dapat menaikkan permohonan kepada Allah. Muhammad mengajarkan bahwa ketika dahi seseorang menyentuh lantai, ia berada dalam posisi yang sangat dekat kepada Allah. Ini adalah kesempatan baginya untuk berdoa bagi keluarganya atau yang lain. Ketika saya mempunyai banyak permohonan kepada Allah, saya ingat saya berdoa secepatnya supaya dahi saya bisa segera menyentuh lantai.
Di akhir raka’at, umat Islam duduk di tumit mereka dan membaca Surat 2:255 (dikenal sebagai ayat kursi karena umat Islam duduk bersandar ketika membacanya) dan kemudian berkata, “Damai dari Allah menyertaimu. Damai dan belas kasihan Allah menyertai kamu.”
MENGAKHIRI DOA
Saya baru saja menggambarkan satu raka’at lengkap. Untuk doa yang ketiga dalam satu hari, perlu melakukan empat raka’at. Setiap raka’at persis sama, kecuali pada bagian setengah yang pertama di mana setiap orang mengucapkan ayat pilihannya masing-masing dari Al Quran.
Setelah doa permohonan selesai dipanjatkan, kebanyakan orang-orang meninggalkan mesjid untuk melanjutkan aktivitas mereka di kampus. Tetapi, beberapa di antaranya tetap di belakang dan menaikkan doa tambahan untuk menunjukkan ketaatan mereka kepada Allah.
Selama tiga puluh tahun saya melakukan doa seperti ini – dan itu berarti 54.750 kali berdoa. Banyak orang muslim yang taat di seluruh dunia melalukan doa seperti ini seumur hidup mereka. Tentu saja, hal ini membutuhkan kedisiplinan dan komitmen. Apa yang memotivasi umat Islam untuk terus tetap berdoa?
PERINTAH MUHAMMAD TENTANG BERDOA
Berdoa dalam Islam adalah sebuah kewajiban – bukan pilihan. Muhammad mengajarkan bahwa berdoa lima kali sehari adalah persyaratan dari Allah. Muhammad mengatakan bahwa suatu malam, dalam mimpi, malaikat Gabriel membawanya bertemu dengan Allah di surga. (Ini yang dinamakan dengan Malam Perjalanan). Allah memerintahkan Muhammad bahwa orang-orang diminta untuk berdoa sebanyak lima puluh kali sehari. Muahammad kemudian berkata, ia bernegosiasi dengan Allah sampaikan akhirnya persyaratan ini diturunkan menjadi lima kali.
Waktu berdoa ini didasarkan pada saat matahari terbit, jadi waktu bisa bervariasi tergantung dari musimnya. Waktu-waktu berdoa itu adalah:
Doa Waktu Jumlah Raka’at
Pertama (Sobh) 04.00 2
Kedua (Dhuhr) 12.00 4
Ketiga (Asr) 15.00 4
Keempat (Mahgrib) 17.00 3
Kelima (Isha) 19.30 4
Muhammad berkata bahwa malaikat Gabriel mengajarkannya pola berdoa yang benar, jadi pengikut-pengikutnya memperhatikannya baik-baik dan mencatat setiap rinciannya. Muhammad sendiri juga mmeberikan banyak ajaran mengenai cara yang benar tentang berdoa dalam keadaan yang beragam. Sebagai contoh, ketika tidak ada air untuk mencuci, Anda dapat menggunakan pasir atau debu (Surat 4:43; 5:6). Jika terlalu jauh dari mesjid ketika saat berdoa tiba, Anda dapat menggunakan permadani. Jika sedang melakukan jihad, Anda dapat mengubah bentuk doa Anda sehingga sanda tidak mudah diserang oleh musuh ketika berdoa (Surat 4:101-103).
Muhammad sangat tegas terhadap para pengikutnya untuk memastikan bawha mereka semua berdoa. Suatu ketika Muhammad telah memulai doa malam, dan banyak orang Islam tidak ikut. Kemudian Muhammad bertanya, “Mana si ini, si ini, si ini, si ini dan si ini?”
Jawabannya adalah, “Mereka sedang di rumahnya masing-masing.”
Muhammad menjawab:
“Demi Dia yang ke dalam tangannya kuserahkan jiwaku, aku akan mengumpulkan kayu bakar (bensin) dan kemudian memerintah seseorang untuk mengumandangkan azan untuk berdoa dan kemudian memerintahkan seseorang untuk memimpin berdoa kemudian aku akan pergi dari belakang dan membakar rumah orang-orang yang tidak hadir dalam doa (perkumpulan yang harus dihadiri).
Seperti yang Anda pikirkan, umat Islam berjuang keras untuk melakukan doa pertama sebelum matahari terbit. Mereka ingin tidur. Sebuah hadits mencatat:
“Telah disampaikan kepada Rasul bahwa ada seorang pria yang tidur dari malam sampai pagi (setelah matahari terbit). Rasul berkata, “Ia adalah orang yang telinganya telah dikencingi oleh setan.”
Muhammad mengajarkan bahwa jika seseorang menolak untuk melakukan doa lima waktu, ia bukanlah seorang Islam. Ia menjelaskan, “Perjanjian antara kita dengan mereka adalah doa, dan orang yang meninggalkan doa akan berubah.”
TUJUAN DOA DALAM ISLAM
Apa yang diharapkan oleh umat Islam melalui doa?
1. Yang pertama dan yang paling penting adalah umat Islam ingin menghindari hukuman Allah karena tidak mentaati perintah untuk berdoa lima kali sehari. Semua hal yang baik berasal dari Allah, jadi apabila ia tidak senang kepada Anda, ia dapat menarik kembali semua yang baik dari kehidupan Anda, seperti menarik kesehatan Anda, atau membuat masalah dengan keuangan Anda atau mengutuk Anda. Jika Anda tidak berdoa, Allah akan menghukum Anda pada Hari Penghakiman.
2. Kedua, umat Islam berharap dapat menyenangkan Allah supaya ia dapat menerima mereka pada Hari Penghakiman dan memasukkan mereka ke dalam surga.
Umat Islam percaya bahwa Allah memperhatikan doa-doa mereka, itu sebabnya mereka sangat hati-hati dalam mengikuti instruksi bagaimana mereka harus bersikap. Tetapi, mereka tidak dapat mengetahui apakah Allah senang dengan doa-doa mereka (dan perbuatan baik lainnya) sampai tiba Hari Penghakiman.
DOA TAMBAHAN
Sejauh ini kita telah belajar secara rinci tentang doa lima kali sehari yang diminta oleh Muhammad kepada umat Islam (dalam bahasa Arab dikenal dengan doa fard). Umat Islam juga bisa menaikkan doa tambahan secara sukarela (doa nephil). Hal ini bisa dalam bentuk raka’at tambahan, yang diijinkan selama waktu-waktu tertentu.
Sangatlah penting untuk mencatat bahwa semua doa ini merupakan doa yang berasal dari ayat-ayat Al Quran. Mereka harus menaikkan doa sesuai dengan petunjuknya. Anda tidak bisa begitu saja menaikkan raka’at di dalam mobil atau ketika Anda duduk di tepi sungai.
Doa pribadi adalah hal lain. Doa pribadi adalah doa ketika seseorang menunjukan gagasan atau permohonan pribadinya kepada Allah, dengan cara apapun yang ia inginkan. Doa pribadi tidak dilarang dalam Islam, tetapi mereka tidak diharapkan berbicara banyak. Hanya sedikit sekte, seperti Sufi, yang menganggap doa pribadi sebagai cara berkomunikasi secara pribadi dengan Tuhan. Umumnya umat Islam tidak berharap Tuhan berkomunikasi dengannya secara pribadi melalui doa.
Dalam ajaran agama Islam, Allah tidak berbicara kepada umatnya secara langsung, adalah malaikat Gabriel yang berbicara untuk mewakilinya. Malaikat Gabriel disebut juga dengan Roh Kudus, tetapi ia tidak dianggap sebagi bagian dari Tuhan dan ia hanya bisa berada di satu tempat, dalam satu waktu. (Lihat Surat 2:97-98; 26:193; 16:102) Jadi ketika umat Islam berdoa, ia tidak berharap Allah akan berkomunikasi dengannya, dan tidak juga berharap bahwa malaikat Gabriel akan datang dan berbicara kepadanya.
Harapan umat Islam untuk mendengar suara Allah hanyalah pada akhir malam Ramadan setiap tahun. Muhammad mengajarkan bahwa pada malam itu, Gabriel akan mengunjungi seseorang yang saleh dan menantikannya (Surat 97:4). Selama malam ini setiap tahunnya, saya dan beberapa umat Islam akan menunggu sepanjang malam di dalam Mesjid dengan keinginan untuk dikunjungi oleh malaikat Gabriel.
Ajaran Alkitab tentang Roh Kudus sangatlah berbeda. Alkitab katakan bahwa Roh Kudus adalah bagian dari Trinitas dan karena itu mempunyai kemampuan untuk berada di semua tempat pada waktu bersamaan. Ini berarti, Tuhan, melalui Roh Kudus dapat berkomunikasi dengan banyak orang dalam waktu yang sama.
Sekarang mari kita lihat doa yang diajarkan oleh Yesus.
YESUS MENGAJARKAN PARA PENGIKUTNYA CARA BERDOA
Seperti yang Anda ketahui, pertama kali saya membaca Alkitab, saya mulai dengan membaca Matius 5. Tidak lama kemudian, saya sampai di Matius 6, di mana Yesus mengajarkan murid-muridnya berdoa. Saya membacanya berulang-ulang kali ketika saya melihat perbedaan antara Yesus dan Muhammad. Mari kita sama-sama melihat ayat di bawah ini:
“Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
--- Matius 6:5-6 ---
Hal pertama yang saya perhatikan dari ayat ini adalah kata apabila. Kata apabila ini seperti badai di kepala saya. Saya pikir, “Berarti terserah kepada saya kapan saya berdoa. Saya bisa berdoa kapan saja.”
Kemudian, saya memperhatikan apa yang Yesus katakan tentang dimana bisa berdoa. Ia katakan, “Masuklah ke dalam kamarmu dan tutuplah pintu.” Saya pikir, “Saya tidak perlu ke mesjid lagi?”
Yesus katakan bahwa Tuhan memberikan upah kepada mereka yang berdoa sendirian daripada mereka yang berdoa agar dilihat orang lain. Hal ini sangat bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh Muhammad. Muhammad ingin agar semua orang keluar dari rumah mereka dan bersama-sama di Mesjid untuk berdoa. Ia katakan berdoa sendiri lebih rendah mutunya.
“Ibn ’Umar melaporkan kepada Rsaul Allah dan berkata: Doa seseorang dalam jemaah adalah dua puluh tujuh kali lebih besar daripada doa yang dinaikkan sendirian.”
Kemudian Yesus berkata:
“Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Tuhan. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.”
--- Matius 6:7 ---
Saya berdoa dalam agama Islam dengan banyak “kata-kata”. Saya harus mengucapkan kata-kata tertentu dengan gerakan tertentu berulang kali setiap hari, setiap minggu, setiap tahun. Saya percaya bahwa Allah meminta banyak kata dalam doa supaya ia senang.
“Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.”
--- Matius 6:8; Lihat juga ayat 25-29 ---
Yesus katakan bahwa Tuhan mengetahui kebutuhan saya. Ia peduli dengan saya secara pribadi. Selanjutnya, Yesus memberikan contoh doa (Lihat Matius 6:9-13). Saya harus berhenti setelah dua kata yang pertama:
“Bapa kami...”
Sebagai seorang Muslim, saya tidak akan pernah berdoa seperti itu. Al Quran mengajarkan bahwa Tuhan tidak mempunyai anak. Ketika malam tiba, saya memutuskan bahwa “Bapa kami” adalah sesuatu yang baik. Saya berpikir, “Jika Tuhan adalah bapaku, maka aku adalah anaknya, dan antara Bapa dan anak tidak akan ada ancaman atau manipulasi. Ketika Anda berbicara kepada ayah Anda, Anda tidak perlu takut memikirkan apakah ia akan tersinggung dengan cara Anda berdoa.”
Kemudian saya melanjutkan membaca:
“Bapa kami yang di surga
dikuduskanlah Nama-Mu,
datanglah kerajaan-Mu,
jadilah kehendak-Mu,
di bumi seperti di surga,”
Doa seperti ini terdengar alami bagi saya. “Dikuduskanlah Nama-Mu” adalah sebuah kalimat yang biasa kami gunakan dalam Islam. Tetapi “Datanglah kerajaan-Mu,” adalah kalimat baru bagi saya. Selanjutnya, saya dapat melihat bawah Yesus sedang membangun kerajaan rohani, dan bukan kerajaan secara politik.
“Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.”
Ketika saya membawa kalimat ini, saya membayangkan seorang ank kecil sedang duduk di depan ayahnya, meminta makanan kepadanya. Raka’at tidak pernah memasukkan apapun tentang meminta kepada Allah untuk memelihara saya. Saya diijinkan untuk meminta Allah memenuhi kebutuhan saya, tetapi ketika saya melakukan ini, saya harus menunduk sampai dahi saya menyentuh lantai sebagai tanda penundukkan diri.
“Ampunilah kami akan kesalahan kami
Seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.”
Sampai di sini, saya benar-benar terkejut. Saya bingung, Mengapa Yesus berkata saya harus mengampuni orang lain agar ia mengampuni saya? Saya khawatir bahwa kalimat ini akan membawa saya kembali pada hukum Islam – bekerja keras agar dapat disukai oleh Tuhan. Tetapi kemudian saya baru menyadari bahwa Tuhan meminta umat-Nya untuk mengampuni orang lain karena Ia telah mengampuninya terlebih dahulu. (Lihat Matius 18:21-35; kisah tentang hamba yang tidak memiliki belas kasihan).
“dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat.”
Gambaran dalam Alkitab menunjukkan kepada saya bahwa pencobaan berasal dari Setan dan Tuhan akan memampukan kita untuk menolaknya. Dalam ajaran Islam, pencobaan bisa berasal dari Setan atau berasal dari Allah yang menggunakan iblis untuk membawa orang-orang masuk neraka sehingga mereka bisa memenuhi neraka. Jadi saya benar-benar dipengaruhi oleh gagasan bahwa Tuhan selalu ingin membebaskan umat-Nya dari pencobaan jika mereka meminta tolong kepada-Nya.
Kalimat ini adalah bagian terakhir dari Doa Bapa Kami yang dicatat dalam kitab Matius. Sampai pada bagian ini, saya benar-benar tertarik membaca Alkitab. Saya menjadi ketagihan, sehingga saya terus membaca kita Perjanjian Baru sepanjang malam. Setelah beberapa saat, saya sampai di kitab Lukas 11, yang juga menggambarkan tentang Doa Bapa Kami. Lukas mencatat ajaran Yesus tentang bagaimana Tuhan menjawab doa-doa:
“Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya."”
--- Lukas 11:11-13 ---
Sekali lagi, saya melihat gambaran dari Bapa yang sangat mengasihi anak-anak-Nya. Hal ini sangat berbeda dengan karakter Allah, yang membuatnya hamba-hambanya menunggu sampai Hari Penghakiman tiba untuk mengetahui apakah ia menerima doa-doa mereka.
TELADAN YESUS BERDOA
Yesus sendiri memberikan contoh berdoa kepada para pengikutnya. Ketika saya membaca Perjanjian Baru, saya memperhatikan beberapa kali dikatakan bahwa Yesus berdoa.
“Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.”
--- Markus 1:35, lihat juga Markus 6:46 ---
“Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa.”
--- Lukas 5:16 ---
“Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Tuhan.”
--- Lukas 6:12---
Biasanya Yesus berdoa seorang diri, tetapi kadang-kadang ia juga membawa murid-muridnya bersamanya (Lukas 9:28; 22:39). Tetapi, Yesus tidak pernah meminta murid-muridnya berdoa pada waktu-waktu tertentu atau dengan cara tertentu. Ia tidak pernah bicara tentang Tuhan akan menghukum mereka jika merea tidak cukup sering berdoa.
Alasan berdoa kepada Bapa Surgawi
Berdasarkan apa yang saya baca di dalam Injil, Yesus menggunakan doa sebagai cara untuk berkomunikasi dengan Tuhan, bukan sebagai cara untuk menyenangkan Tuhan. Ia mengajarkan murid-muridnya untuk menyembah Tuhan di dalam doa dan untuk menyatakan kebutuhan mereka kepada-Nya.
Kita bisa melihat di kitab Kisah Para Rasul dalam Alkitab dan melihat bagaimana para murid mengikuti perintah-perintah ini. Kitab Kisah Para Rasul tidak berbicara tentang umat Kristen yang mengucapkan doa Bapa Kami berulang-ulang kali. Melainkan menggambarkan doa-doa permohonan orang Kristen yang dinaikkan secara teratur dan memohon pertolongan Tuhan pada masa sulit. Kitab Kisah Para Rasul 4 memberikan contoh yang baik tentang doa, yang dinaikkan oleh umat Kristen ketika mereka diancam oleh iman kepala dan tua-tua.
“Ketika teman-teman mereka mendengar hal itu, berserulah mereka bersama-sama kepada Tuhan, katanya: "Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya.... Ulurkanlah tangan-Mu untuk menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mujizat-mujizat oleh nama Yesus, Hamba-Mu yang kudus." Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Tuhan dengan berani.”
--- Kisah Para Rasul 4:24, 30-31---
PERBEDAAN YANG MENDASAR
Perbedaan berdoa antara Yesus dan Muhammad sangat didasarkan pada perbedaan pemahaman mereka tentang Tuhan.
Muhammad menggambarkan Allah sebagai tuan dan umatnya sebagai hamba, oleh karena itu, doa menjadi cara untuk mendapatkan kesukaan dari tuannya. Jika doa tidak dinaikkan secara benar, tuannya akan marah. Itu sebabnya umat Islam yang taat akan menghabiskan waktu berjam-jam untuk menaikkan doa dan gerakan yang sama, hari demi hari, berharap mereka bisa menyenangkan Allah.
Yesus menggambarkan Tuhan sebagai seorang Bapa, dan umat-Nya sebagai anak-anak-Nya; oleh karena itu doa adalah cara untuk berkomunikasi dengan Satu Pribadi yang mengasihi dan mempedulikan Anda. Jika umat Kristen tidak berdoa, mereka merugikandiri sendiri karena kehilangan kesempatan untuk berkomunikasi dengan Tuhan.
KESIMPULAN
Sejauh ini dalam bagian buku ini kita telah melihat warisan yang telah ditinggalkan Yesus dan Muhammad:
• Pesan mereka kepada dunia
• Ajaran mereka tentang satu sama lain
• Penyembuhan dan mujizat
• Arti perang suci
• Ajaran tentang cinta kasih
• Ajaran tentang doa
Masih ada satu topik menarik lainnya bagi orang-orang modern yang harus kita perhatikan – yaitu perlakuan terhadap perempuan. Pada bab berikutnya kita akan melihat apa yang Yesus dan Muhammad ajarkan tentang perempuan dan bagaimana mereka memperlakukan perempuan yang memiliki hubungan dengan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar