Ketika saya masih hidup sebagai seorang Islam di Mesir, saya selalu bingung dengan kalimat singkat yang seringkali ditaruh oleh orang Kristen di mobil atau di kaca toko mereka. Kalimat itu berbunyi, Allah Mahabe, atau Tuhan itu Kasih. Dua kata ini tidak pernah ada di dalam Al Quran. Saya selalu berpikir, “Apa yang orang-orang ini coba sampaikan?”
Dalam bab ini, tujuan saya adalah untuk menunjukkan karakteristik yang baik tentang apa yang diajarkan oleh Yesus dan Muhammad tentang cinta kasih.
Cinta kasih harus selalu dipahami dalam konteks hubungan. Jadi ketika kita melihat ajaran mereka tentang cinta kasih, kita akan menemukan beberapa hubungan yang penting bagi kehidupan Yesus dan Muhammad. Hubungan ini mencakup empat hal, yaitu:
• Tuhan
• Pesannya
• Orang-orang percaya
• Orang-orang tidak percaya
Silahkan memperhatikan grafik di bawah ini. Grafik-grafik ini memberikan sedikit gambaran untuk menuntun Anda, tujuan dari bab-bab terakhir ini adalah untuk menjelaskan hubungan-hubungan tersebut. Perlu perhatian khusus untuk mencari cinta kasih di antara empat poin yang berbeda di atas.
Mari kita mulai dengan melihat hubungan yang memimpin hal-hal lainnya, yaitu hubungan antara Tuhan dengan utusan-Nya.
Muhammad Yesus
(Hamba) (Anak)
Orang Tidak Percaya Orang percaya Orang tidak percaya Orang percaya
(Jahat) (Hamba) (Domba terhilang) (Anak Tuhan)
HUBUNGAN ANTARA TUHAN DENGAN UTUSANNYA
Muhammad
Muhammad menggambarkan dirinya sendiri sebagai hamba Allah. (Lihat Surat 2:23). Al Quran atau hadits tidak berbicara tentang Muhammad mengasihi Allah atau Allah mengasihi Muhammad. Posisi Muhammad adalah salah satu hamba yang diberikan kuasa oleh Tuannya.
“Barangsiapa yang menaati rasul itu (Muhammad), sesungguhnya ia telah menaati Allah.”
--- Surat 4:80 ---
“.... Apa yang diberikan rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah dia....”
--- Surat 59:7 ---
“Dan barangsiapa menentang rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu, dan Kami masukkan ia ke dalam jahanam dan jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali.”
--- Surat 4:115 ---
Yesus
Yesus menggambarkan hubungannya dengan Tuhan seperti seorang anak dengan bapanya. Ini adalah hubungan cinta kasih yang timbal balik.
Ketika Yesus dibaptis, kitab Injil mencatat bahwa sebuah suara terdengar dari surga yang berkata, “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan,” (Matius 17:5; lihat juga Matius 12:18)
Yesus berbicara tentang mentaati dan mengasihi Tuhan, tetapi bukan menakutinya.
“Aku mengasihi Bapa dan ... Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku....”
--- Yohanes 14:31 ---
Yesus datang kepada Tuhan Bapa untuk memperoleh ketenangan. Malam sebelum penyalibannya, ia berdoa:
“Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki.”
--- Markus 14:36 ---
Ketika ia datang kepada Tuhan untuk mencari rasa tenang, Yesus memanggil-Nya, “Abba”, sebuah kata dalam bahasa Aram yang digunakan oleh anak kecil kepada orangtuanya. Sama seperti seorang anak kecil memanggil “Papa”. Jadi kita melihat sebuah gambaran yang sangat pribadi, hubungan cinta kasih antara Yesus dengan Tuhan.
HUBUNGAN ANTARA RASUL DENGAN PENGIKUTNYA
Muhammad
Sama seperti Muhammad menyebut dirinya sebagai hamba Allah, ia berkata bahwa umat Islam lainnya juga menjadi hamba Allah (Surat 540:8)
Al Quran sedikit sekali menekankan tentang cinta kasih Allah, meskipun sesekali ia menyebutkan tentang cinta untuknya (Surat 2:165). Sebaliknya, ia memerintahkan ketaatan kepada Allah. Apa yang terjadi jika seorang hamba tidak taat? Ia akan dihukum.
“Barangsiapa menentang Allah dan rasulnya, maka sesungguhnya Allah amat keras siksaannya..”
--- Surat 8:13 ---
Wahyu di atas mengatakan bahwa barangsiapa tidak menaati Allah maka mereka akan dihukum dan Muhammad menyampaikan pesan tersebut. Sebagai contoh, ada wahyu yang melarang umat Islam meminum Alkohol. Oleh karena itu, Muhammad menghukum mereka yang melanggar hukum ini.
“Abu Huraira berkata, “Seorang pria yang mabuk karena anggur dibawa kepada Rasul. Lalu Rasul berkata kepadanya, ’Pukul dia!’” Abu Huraira menambahkan, “Jadi beberapa dari antara kami memukulnya dengan tangan, beberapa lagi dengan sepatu dan yang lainnya dengan pakaian (dengan memelintirnya) seperti cambuk.”
Hukuman untuk mencuri adalah dipotong tangan kanannya. Sekelompok orang meminta Muhammad untuk memberikan pengecualian bagi sejumlah perempuan yang ketangkap basah sedang mencuri. Beginilah jawaban Muhammad:
“Usama mendekati Rasul atas nama seorang perempuan (yang kedapatan mencuri). Rasul berkata, “Orang-orang sebelum kamu hancur karena mereka terbiasa memberikan hukuman kepada orang-orang miskin dan mengampuni orang-orang kaya. Demi Dia yang tangan-Nya adalah jiwaku! Apabila Fatima (puteri Rasul) melakukannya (misalnya mencuri), aku akan memotong tangannya.”
Jika Anda bertanya kepada seorang Muslim, “Apakah Anda tahu tahu berapa besar Allah mencintai Anda?”, ia akan menjawab, “Aku tidak tahu berapa besar ia mencintai aku. Hanya Allah yang tahu.” Umat Islam harus menunggu sampai tiba hari Penghakman untuk mengetahui apakah Allah mencintainya dan mengundangnya masuk ke dalam surga.
Kita lihat bahwa Allah memiliki hubungan yang tegas dengan orang-orang yang mempercayainya. Lalu apa yang Allah pikirkan tentang orang-orang yang tidak percaya?
“sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang yang disesatkannya dan sekali-kali mereka tiada mempunyai penolong.”
--- Surat 16:37 ---
Maksud Allah bagi sebagian orang adalah untuk ditaruh ke dalam neraka untuk memenuhi neraka yang telah dibuatnya.
“Dan kalau Kami menghendaki, niscaya kami akan berikan kepada tiap-tiap jiwa petunjuk (bagi)nya, akan tetapi telah tetaplah perkataan daripadaku, “Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka jahanam itu dengan jin dan manusia bersama-sama.”
--- Surat 32:13 ---
Allah tidak mengasihi orang-orang yang tidak percaya.
Yesus
Hubungan cinta kasih antara Yesus dan Bapa merefleksikan hubungan Yesus dengan para pengikutnya. Yesus memberitahukan murid-muridnya bahwa Tuhan mengasihi mereka:
“sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya, bahwa Aku datang dari Tuhan.”
--- Yohanes 16:27 ---
Yesus juga berkata bahwa ia mengasihi para pengikutnya:
“Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu;”
--- Yohanes 15:9 ---
Yesus katakan bahwa ia peduli terhadap orang-orang percaya sama seperti seorang gembala menjaga domba-dombanya.
“Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku.”
--- Yohanes 10:14-15 ---
Yesus mengasihi para pengikutnya, tetapi apakah ia juga mencintai orang-orang yang tidak percaya? Menurut tindakannya, jawabannya adalah Ya.
• Ia makan bersama pemungut-pemungut pajak dan orang-orang berdosa (Lukas 15:1-2)
• Ia membagikan pesannya secara pribadi kepada perempuan Samaria yang tinggal bersama seorang laki-laki yang
bukan suaminya (Yohanes 4:1-26)
• Ia mengijinkan seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang pendosa untuk mencuci kakinya ketika ia
sedang makan malam bersama para pemimpin agama (Lukas 7:36-50)
• Ia menerima pertobatan seorang ”kriminal” yang digantung bersama-sama dengannya di salib pada saat
penyalibannya (Lukas 23:39-43)
Yesus memiliki perbuatan yang menunjukkan bahwa ia diutus untuk menolong orang-orang berdosa.
“Yesus berkata kepada mereka: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."”
--- Markus 2:17 ---
Yesus berkata Tuhan mengirimnya ke dunia karena Tuhan mengasihi dunia – yaitu mereka yang belum percaya kepadanya. (Lihat Roma 5:8). Yesus berkata Yang Maha Tinggi itu “baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.” (Lukas 6:35).
HUBUNGAN ANTARA ORANG PERCAYA DAN BUKAN PERCAYA
Sejauh ini kita telah melihat hubungan pokok – antara Tuhan dengan utusannya – dan bagaimana hal ini memainkan peranan dalam hubungan antara utusan dengan para pengikutnya. Kita telah memusatkan pada bukti-bukti cinta kasih. Sekarang kita akan kembali pada perintah yang diberikan oleh Muhammad dan Yesus kepada para pengikutnya tentang mengasihi satu sama lain dan mengasihi orang-orang yang tidak percaya.
Muhammad
Sama seperti Yesus, Muhammad mengajarkan bahwa umat Islam harus memegang standar tinggi dalam perilaku mereka terhadap satu sama lain:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada Tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara ( dalam iman Islam).”
--- Surat 3:103 ---
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir tetapi berkasih sayang sesama mereka.”
--- Surat 48:29 ---
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudarmu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.”
--- Surat 49:10---
Namun, Muhammad memerintahkan umat Islam untuk memiliki perilaku yang sungguh-sungguh berbeda terhadap orang-orang yang tidak percaya.
Sebelum jihad menjadi sebuah aturan, ia memperingatkan umat Islam untuk menolak orang-orang non Islam sebagai teman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu (orang-orang yang tidak percaya dan percaya pada banyak Tuhan) sebagai teman, menunjukkan kasih sayang kepada mereka, padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir rasul dan mengusir kamu (dari kampung halamanmu) karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu....”
--- Surat 60:1 ---
Setelah jihad dimulai, ia memerintahkan umat Islam untuk ikut serta dalam perang suci untuk memerangi orang-orang yang tidak percaya, dan membunuh mereka jika perlu untuk membuat mereka tunduk pada Islam.
Yesus
Dalam pesan terakhir kepada murid-muridnya, sebelum kematiannya, Yesus berkata kepada mereka:
“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”
--- Yohanes 13:34-35 ---
Apakah umat Kristen mengikuti perintah ini dengan baik? Kadang-kadang saya pikir tidak. Tetapi ini adalah standar yang telah ditetapkan oleh Yesus. Yesus katakan bahwa untuk memiliki hidup kekal, Anda harus, “Kasihilah Tuhanmu.... dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Lukas 10:27). Seorang pemimpin agama ingin menegaskan perbuatannya kepada orang-orang yang tidak ia sukai, karena itu ia bertanya kepada Yesus, “Siapakah sesamaku itu?” Yesus menjawab:
“Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!”
--- Lukas 10:30-37 ---
Melalui perumpamaan ini, Yesus mengajarkan bahwa sesamamu itu bukan hanya orang-orang yang berasal dari satu daerah atau seseorang yang telah membagikan iman percayanya. Sesamamu itu bisa siapa saja di sekitar kita.
Dengan cara bagaimana lagi Yesus meminta para pengikutnya untuk mengasihi orang-orang yang belum percaya? Ia memerintahkan mereka untuk pergi dan memberitakan kabar baik kepada mereka, untuk menyembuhkan sakit-penyakit, mengusir setan dan membangkitkan orang mati.
KESIMPULAN
Dua hal penting dalam bab ini adalah bahwa Yesus dan Muhammad menggambarkan sifat Tuhan dengan cara yang sangat berbeda – untuk Yesus, Tuhan adalah seorang Bapa yang penuh kasih; bagi Muhammad, Allah adalah tuan yang suka menuntut. Gambaran ini memberikan seperangkat pola tentang cinta kasih dalam hubungan mereka yang lainnya. Untuk mengerti poin ini, mari bayangkan jika ada seorang yang percaya kemudian meninggalkan imannya. Apa yang akan dikatakan Muhammad tentang apa yang akan dilakukan oleh Allah? Apa yang Yesus katakan tentang apa yang akan dilakukan Bapa?
Al Quran mengatakan:
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya yang bersikap lemah lembut kepada orang yang mukmin dan bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang-orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah. Diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya...”
--- Surat 5:54 ---
Ayat ini menjelaskan bahwa jika seseorang meninggalkan Islam, maka Allah akan mencari orang lain yang lebih baik. Allah tidak bersedih untuk mereka yang meninggalkan dia atau berusaha mencarinya kembali. Ia mencari orang lain yang lebih baik.
Surat 39:7 juga mengatakan, “Jika engkau menolak (Allah), maka sesungguhnya Allah tidak membutuhkanmu.” (Terjemahan Ali).
Sekarang mari kita lihat kisah yang diceritakan oleh Yesus tentang seorang gembala yang memiliki seratus ekor domba namun seekor diantaranya hilang.
“Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.”
--- Lukas 15:4-7; lihat juga ayat 8-10 ---
Allah menemukan orang-orang percaya yang baru yang akan melayaninya lebih baik. Sebaliknya Bapa mencari seekor domba yang hilang sampai Ia menemukannya kembali dan membawanya pulang dengan bersuka-cita. Inilah perbedaan antara Allah dengan Bapa.
Yesus dan Muhammad menggambarkan sifat Tuhan yang sangat berbeda, tetapi keduanya memerintahkan para pengikutnya untuk berdoa. Dalam bab berikutnya, kita akan membandingkan ajaran Yesus dan Muhammad tentang berdoa. Anda akan melihat perbedaan kepercayaan mereka tentang sifat Tuhan sangat mempengaruhi cara mereka berdoa dan pengharapan mereka tentang bagaimana Tuhan akan menjawabnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar