BAB

Sabtu, 09 Oktober 2010

6. RESPON ORANG BANYAK

MUHAMMAD : TIGAPULUH TAHUN PERTAMA DI MEKAH
USIA : 40 – 53 TAHUN
YESUS : SATU - DUA TAHUN PERTAMA PELAYANANNYA SAMPAI IA MENGIRIMKAN MURID-MURIDNYA BERKHOTBAH TANPANYA

Sampai pada bagian ini, baik Muhammad maupun Yesus telah menyatakan bahwa mereka dipanggil untuk menyampaikan pesan dari Tuhan kepada dunia. Mari kita lihat pada hari-hari pertama mereka berkhotbah. Kita akan terkejut melihat adanya persamaan reaksi dari orang-orang di kampung mereka, tetapi juga ada perbedaan bagaimana Yesus dan Muhammad menanggapinya.

PERMULAAN MUHAMMAD SECARA DIAM-DIAM
Isteri Muhammad, Kadijah, adalah orang pertama yang pindah agama dan memeluk Islam, diikuti oleh sepupunya yang berusia sepuluh tahun (Ali ibn Abu Talib) yang tinggal bersama mereka.[1] Orang berikutnya yang memeluk agama Islam adalah salah seorang penyembah berhala bernama Abu Bakar. Abu Bakar ini kemudian menjadi salah seorang penginjil agama Islam yang sangat berhasil, dan ia berhasil membawa dua puluh lima orang untuk memeluk agama Islam, termasuk seseorang yang bernama Al-Arqam. Rumah Al-Arqam menjadi tempat utama bagi Muhammad mengajar.[2]

Muhammad memberitahukan paman yang membesarkannya, Abu Talib, mengenai pengalamannya, dan pamannya berjanji untuk melindungi dirinya tetapi tidak mau menerima ajaran Muhammad.

Jadi, apa yang diajarkan oleh Muhammad pada saat itu? Ia memberitahukan sepupunya bahwa untuk menjadi seorang Muslim, ia harus bersaksi bahwa, “Tidak ada tuhan selain Allah saja, tanpa sekutu, dan mengingkari al-Lat dan al-Uzza (berhala), serta melepaskan saingan-saingannya.”[3] Muhammad juga mengatakan bahwa malaikat Gabriel mengajarkannya sebuah cara sembahyang yang khusus, yang diajarkannya kepada para pengikutnya.[4] Selanjutnya, Muhammad menambahkan beberapa petunjuk yang harus diikuti untuk menjadi seorang Muslim.

Pada awalnya, Muhammad dan orang-orang Muslim bersikap rendah hati. Mereka pergi ke sebuah lembah di padang gurun, di luar kota, untuk bersembahyang sehingga orang-orang tidak dapat melihat mereka.[5] Muhammad terus melakukan cara diam-diam seperti ini di Mekah selama tiga tahun.

PERMULAAN YESUS YANG DRAMATIS
Kisah tentang Yesus di dalam kitab Injil memberikan beberapa gambaran yang berbeda mengenai awal mula pekerjaannya.

Hanya dalam beberapa hari setelah dibaptis, lima orang laki-laki telah mengikuti Yesus kemanapun ia pergi.(Yohanes 1:35-40). Mereka pergi bersama-sama ke Yerusalem untuk merayakan Paskah. Ketika mereka masuk ke bait suci, Yesus melakukan sesuatu yang membuatnya dipandang oleh pemuka-pemuka agama Yahudi seumur hidupnya. Ketika Yesus melihat orang-orang berdagang lembu, domba, dan burung merpati dan menukarkan uang, ia menjadi marah. Ia mencampakkan dan menggiring semua orang dan hewan-hewan itu keluar dari halaman bait suci sambil berteriak, “Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan.” (Yohanes 2:16)

Pemuka-pemuka agama mempertanyakan wewenangnya, namun mereka tidak mampu menghentikannya. Ia tinggal di Yerusalem untuk merayakan Paskah dan melakukan “tanda-tanda mujizat,” yang membuat banyak orang menjadi percaya kepadanya (Yohanes 2:23). Pemimpin-pemimpin agam Yahudi (orang-orang Farisi) mulai mengikuti perkembangan aktivitasnya (Yohanes 4:1)

Yesus mulai berbicara di sinagoga orang-orang Yahudi dan, “... tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu .... dan semua orang memuji Dia.” (Lukas 4:14-15). Setelah mengajar di beberapa kota, Yesus kembali mengajar di kampung halamannya, Nazaret, sebuah kampung kecil yang hanya berpenduduk sekitar dua ratus jiwa.

Apa yang Yesus ajarkan pada saat itu? Ketika ia berdiri mengajar di sinagoga di Nazaret, ia memegang gulungan kitab Yesaya. Ia membacakannya kepada orang-orang:

"Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."
-- Lukas 4:18-19 --

Ketika orang-orang menatapnya, ia mulai mengajar mereka dan berkata, “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya” (Lukas 4:21).

Di hari-hari pertama di Yerusalem, Yesus telah memberitahukan kepada para pemuka agama Yauhdi bahwa Tuhan, “telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). Seorang perempuan Samaria, di tepi sumur mengatakan kepada Yesus bahwa ia sedang mencari Mesias yang akan datang bagi orang-orang Yahudi, dan Yesus berkata, “Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau.” (Yohanes 4:26). Singkatnya, Yesus mengatakan bahwa ia adalah Anak Tuhan dan ia memegang kunci untuk memiliki hubungan yang benar dengan Tuhan, dan akan menghasilkan hidup yang kekal. Inilah pesan yang disampaikan oleh Yesus mulai sejak saat itu sampai akhir hidupnya. (Kita akan memperbandingkan pesan yang disampaikan oleh Yesus dan Muhammad lebih rinci di dalam bab 10)

PENOLAKAN MUHAMMAD DI KAMPUNG HALAMANNYA SENDIRI
DAN OLEH PARA PEMUKA AGAMA
Muhammad menyebarkan pesannya secara diam-diam selama tiga tahun sampai ia kemudian menyatakan bahwa malaikat Gabriel memerintahkannya menyampaikan pesan tersebut kepada orang banyak (pada usia empat puluh tiga tahun). Muhammad memutuskan untuk memanggil para pemimpin suku Qurais dan memberitahukan mereka tentang ajarannya. Ada beberapa hal yang perlu diingat tentang suku Qurais: (1) keluarga Muhammad adalah bagian dari suku ini. Cabang keluarganya disebut dengan Bani Hashim. (Bani dalam bahasa Arab berarti suku). (2) Suku ini secara turun temurun bertugas untuk menjaga Ka’abah, pusat penyembahan berhala bagi bangsa Arab.
Ketika Muhammad memberitahukan mereka pesan yang ia terima, mereka menjadi marah. Mereka berkata kepada paman Muhammad, “Ya Abu Talib, keponakanmu telah mengutuki dewa-dewa kita, menghina agama kita, mengejek jalan hidup kita dan menuduh para pendahulu kita melakukan kesalahan, engkau harus menghentikannya atau kami akan menangkapnya.”[6]

Karena paman Muhammad memilih untuk melindunginya, orang-orang Mekah tidak dapat membunuh Muhammad, jadi mereka hanya mengancamnya. Sebagai contoh, mereka mengingatkan orang-orang yang berkunjung ke Mekah untuk mengabaikan Muhammad. Mereka juga menghina Muhammad ketika mereka berjalan mengelilingi Batu Hitam di Ka’abah.[7]

Para pengikut agama Islam berada dalam bahaya melebihi Muhammad sendiri. Orang-orang Qurais menekan mereka untuk meninggalkan iman mereka. Jika orang yang memeluk agama Islam itu aalah orang yang terpandang di masyarakat, mereka akan mengejeknya. Jika ia seorang pedagang, mereka mengancam untuk memboikotnya. Dan jika ia berasal dari kelas masyarakat rendah, mereka akan memukulinya.[8]

Kebanyakkan orang yang memeluk agama Islam pada saat itu berasal dari kelas rendah atau para budak. Namun, berjalan dengan waktu, dua orang yang berpengaruh bergabung dengan Muhammad, yaitu Umar dan Hamzah (salah satu paman Muhammad). Kedua orang ini secara fisik sangat kuat dan agresif, dan menakutkan bagi orang-orang Qurais. Untuk memperlemah orang-orang Islam, suku Qurais memutuskan untuk memboikot seluruh orang Islam dan seluruh kerabat Muhammad (Bani Hashim).

Mereka menandatangani sebuah perjanjian bahwa seluruh suku tidak boleh menikah dengan perempuan dari suku Hashim atau memberikan perempuan mereka untuk dinikahi. Mereka juga tidak boleh membeli atuapun menjual sesuatu kepada mereka.

Pemimpin tindakan pemboikotan ini adalah Abu Lahab, salah seorang dari paman Muhammad. Ia pergi ke pasar dan berkata kepada orang banyak, “Wahai para pedagang, naikkanlah harga barang daganganmu sedemikian rupa sehingga orang-orang Muhammad tidak dapat membeli apapun daripadamu. Jika seseorang khawatir bahwa bisnisnya akan merugi, aku punya cukup uang untuk menutupi kerugian itu.”

Muhammad menyampaikan wahyu dari malaikat Gabriel mengenai orang itu (Surat 111). Beberapa saat kemudian, Muhammad dan orang-orang Islam itu pergi meninggalkan kota dan tinggal di lembah gurun yang berdekatan. Mereka mulai putus asa. Ketika seorang Muslim pergi ke kota untuk membeli makanan bagi keluarganya, para pedagang memintanya membayar harga dua, tiga bahkan empat kali lipat lebih mahal dari harga normal. Ia tidak dapat membayar, sehingga ia kembali lagi tanpa membawa apa-apa bagi keluarganya.

Sejarah Islam mengatakan bahwa para pengikut Muhammad menjadi sangat lapar sehingga mereka memakan kotoran binatang dan daun-daunan. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan sebutan Tahun Kelaparan.
Bayangkan, Muhammad dan isterinya, yang pernah menjadi orang terkaya, perempuan paling terpandang di kota Mekah, menjadi pelarian di gurun pasir, tanpa bisa membeli makanan. Mereka mungkin juga membawa anak-anak mereka yang masih kecil bersama mereka. Mereka bertahan hidup dengan adanya simpanan makanan yang diberikan secara diam-diam oleh orang-orang yang simpatik dan teman-teman mereka.[9]

Selama masa itu, Muhammad terus berbicara tentang wahyu yang berasal dari malaikat Gabriel. Ayat-ayat ini dikumpulkan dan menjadi bagian buku yang dikenal dengan nama Al Quran. Wahyu-wahyu ini seringkali berisi makian terhadap mereka yang menganiaya dirinya.

PENOLAKAN YESUS DI KAMPUNG HALAMANNYA SENDIRI
DAN OLEH PARA PEMUKA AGAMA
Kita telah melihat bagaimana orang-orang sekampung Muhammad menolaknya. Sekarang mari kita lihat di Nazaret, sebuah kota kecil, tempat di mana Yesus dibesarkan. Anda telah membaca tentang bagaimana Yesus berdiri di sinagoga di Nazaret membaca Kitab Suci. Sekarang mari kita lihat bagaimana reaksi orang-orang.

Setelah Yesus membaca kitab Yesaya, ia kemudian mengajar. Ia berbicara tentang bagaimana orang-orang di kampungnya, di Nazaret, menginginkannya membuat mujizat sama seperti yang telah dilakukannya di Kapernaum. “Aku memberitakan kepadamu kebenaran,” katanya, “seorang nabi tidak akan diterima di tempat asalnya.” Kemudian ia mengingatkan mereka tentang nabi-nabi Perjanjian Lama yang diutus dari Israel untuk menolong orang-orang yang bukan Yahudi. Ucapan ini membuat orang-orang di sinagoga menjadi sangat marah. Mereka lalu membawa Yesus ke dekat sebuah terbing yang curam, untuk melemparkannya dari tepi jurang. Tetapi Yesus berjalan melewati orang banyak dan pergi (Lukas 4:14-30).

Sebagai tambahan, Yesus juga ditolak di kota-kota lainnya dan beberapa kelompok masyarakat. Yesus melakukan banyak mujizat di kota-kota lain di Galilea, namaun mereka menolak pesan dari Yesus (Kapernaum, Matius 11:23; Korazin dan Bethsaida, Lukas 10:13). Pesan yang disampaikan oleh Yesus membuat marah para pemuka agama Yahudi, sama seperti pesan Muhammad yang membuat marah para pemimpin penyembah berhala di Mekah.
Para pemimpin agama ketika kemudian berusaha untuk membunuh Yesus tetapi mereka melakukannya dengan cara yang berbeda. Mereka tidak secara langsung membunuh Yesus, melainkan mencari cara untuk membuatnya melanggar hukum sehingga mereka dapat secara sah menghukum mati Yesus. Sebagai contoh, jika ia terbukti mengumpat, hukum orang Yahudi mengijinkan ia untuk dibunuh. Jika ia terbukti melakukan pengkhianatan terhadap pemerintah Roma, ia juga harus dibunuh (Matius 22:15)

Di depan orang-orang yang menolak dia, Yesus tetap menyampaikan sudut pandangnya dan terus bergerak (Lukas 9:51-56). Jika kita lebih lanjut melihat kehidupan Yesus dan Muhammad, kita akan melihat bahwa reaksi Muhammad terhadap penolakan dirinya sangat berbeda. Mari kita lihat bagaimana Muhammad bisa pulih dari tindakan boikot orang-orang di sukunya.

PENCABUTAN BOIKOT / MUHAMMAD MENCARI PERLINDUNGAN
Setelah dua atau tiga tahun, tanpa intervensi secara langsung dari Muhammad, para pemimpin Qurais memutuskan untuk mencabut boikot. Para pemimpin itu memutuskan bahwa tidaklah baik memperlakukan kerabat mereka sendiri dengan cara buruk seperti itu, dan karena itu mereka merobek perjanjian yang ada. Muhammad dan orang-orangnya kembali ke Mekah dan melanjutkan praktek agama Islam di sana, meski tetap mengalami beberapa penghinaan.[10]

Muhammad menyampaikan pesannya dengan memberitahukan orang-orang bahwa mereka harus meninggalkan berhala mereka, menerima Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang benar dan menerima Muhammad sebagai rasul Allah. Ia juga akan mengutip ayat-ayat Al Quran untuk orang-orang tersebut. Ketika orang-orang meminta tanda, ia menjawab, “Al Quran adalah tanda bagimu” (Surat 29:50-51).

Peristiwa dalam beberapa tahun kemudian menunjukkan bahwa Muhammad kemudian mengembangkan sebuah strategi baru untuk memantapkan agama Islam dan melindungi dirinya sendiri.
Dalam satu, dua tahun berikutnya, dua orang yang paling berpengaruh dalam hidup Muhammad, meninggal dunia – pamannya, Abu Talib, yang melindunginya dari musuh-musuhnya, dan isterinya yang memberikan dukungan moral (tahun 620 M). Muhammad berusia lima puluh tahun. Sejarah Islam mengatakan bahwa suku Qurais mulai mengancamnya, “dengan cara yang lebih menakutkan.” Sebagai contoh, ada seorang “pemuda yang tidak sopan yang melemparkan debu ke atas kepalanya”.[11] Meski demikian, tidak ada serangan secara fisik, seperti memukul, upaya pembunuhan, atau apapun yang seperti itu. Dengan demikian, dapat kita katakan bahwa Muhammad merasa terancam karena itu ia mencari orang atau suku lain yang dapat melindunginya. (Para pengikutnya juga mencari pelindung bagi diri mereka). Sejarah agama Islam mengatakan bahwa ia pergi keluar Mekah kepada orang-orang Thaqif, kediaman suku Kinda, suka Kalb tetapi ditolak oleh mereka semua.[12]

Ketika pemimpin-pemimpin suku datang ke Mekah, Muhammad menemui mereka. Ia memberitahukan mereka bahwa ia adalah seorang nabi dan meminta mereka untuk percaya kepadanya dan melindunginya sampai Allah selesai menyampaikan wahyunya kepada mereka melalui hambanya.”[13]
Selain dari penganut agama Islam yang berasal dari kelas ekonomi bawah di Mekah, usaha Muhammad tampaknya menemui keberhasilan. Ia akhirnya memperoleh kesempatan melalui perang-perang panjang antara dua suku yang berdekatan di kota Medina, Aous dan Khazraj. Kedua suku ini datang ke Ka’abah di Mekah untuk naik haji dan menyembah berhala-berhala mereka. Setelah mereka selesai menyembah, beberapa perwakilan mereka bertemu dengan Muhammad pada malam hari di Al-Aqaba. Muhammad berkata kepada mereka, “Aku mengundang orang-orang yang setia kepadamu dengan harapan engkau akan melindungi aku sama seperti para perempuan dan anak-anakmu.” Salah satu dari pemimpin itu lalu menjawab:

“Aku bersumpah demi nama ia yang mengutusmu dengan kebenaran, kami akan melindungimu sama seperti kami melindungi keluarga kami. Tanda-tangani perjanjian ini dengan kami, wahai rasul Allah. Aku bersumpah, kami adalah anak-anak perang (kami tahu bagaimana mengalahkanmu). Kami mewariskan itu dari generasi ke generasi.”[14]

Jadi kita melihat orang-orang yang telah sering berperang mengadakan sumpah setia kepada Muhammad. Muhammad jelas membuat perjanjian militer dengan suku-sukku itu. Ia berkata kepada mereka, “Aku akan berperang dengan mereka yang berperang denganmu dan berdamai dengan orang yang berdamai denganmu.”[15]

Pada bagian ini, kita melihat kemiripan yang ironis dengan Yesus. Muhammad berkata kepada orang-orang yang ia temui, “Bawalah kepadaku dua belas orang yang akan mengurus hubungan di antara mereka.” Mereka mendapatkan sembilan orang dari suku-suku mereka dan tiga orang dari suku lain. Jadi Muhammad memilih dua belas orang inti untuk berjalan bersamanya, sama seperti Yesus memanggil duabelas orang rasul untuk berjalan bersamanya.
Sampai di sini, Muhammad telah menghabiskan waktu selama tiga belas tahum berkhotbah tentang Islam. Saat itu ia sudah mulai membuat persiapan untuk mengadakan perubahan besar.
Sekarang mari kita bandingkan gambaran dari hidup Muhammad dengan bagaimana cara Yesus menyampaikan pesan-pesannya.

KHOTBAH YESUS DAN KESEMBUHAN
Kita telah melihat perkembangan mulai dari pertengahan pertama kehidupan Muhammad sebagai seorang nabi, dan sekarang kita akan memperhatikan pertengahan pertama pelayanan Yesus. Maksud kami adalah satu dua tahun pertama yang telah ia habiskan untuk mengajar orang-orang dan melatih murid-muridnya sebelum ia mengirim mereka untuk berkhotbah sendiri.
Jadi, bagaimana Yesus menyampaikan pesannya? Ia berjalan dari kota ke kota di sekitar Galilea dan Yudea dan berkhotbah. Bagaimana ia membujuk orang-orang untuk percaya kepadanya? Ia menyembuhkan orang-orang sakit, mengusir setan dan melakukan keajaiban-keajaiban terhadap alam.
Sebagai contoh, pada awal pelayanannya, ia mengusir setan keluar dari orang yang mengganggu pelayanannya di sinagoga di Kapernaum (Lukas 4:33). Kemudian Yesus pergi ke rumah Petrus dan menyembuhkan ibu mertua Petrus, yang sedang demam tinggi. Kemudian orang banyak berkumpul di rumah itu sampai malam hari. Mereka membawa kepada Yesus semua orang yang menderita berbagai macam penyakit, dan Yesus menyembuhan mereka dengan cara “menumpangkan tangan atas setiap orang” (Lukas 4:40).
Kegiatan ini membuat orang-orang meresponi Yesus dengan antusias ke manapun ia pergi. Orang-orang membawa kepadanya, “semua orang yang menderita penyakit, kerasukan setan, yang lumpuh dan menyembuhkan mereka” (Matius 4:24). Seseorang yang telah disembuhkan dari sakit kusta memberitakan kabar ini dengan sangat efektif sehingga Yesus tidak dapat pergi ke kota-kota lainnya dengan mudah karena kerumunan orang banyak. Ia kemudian meninggalkan keramaian itu untuk “menyendiri” namun orang-orang tetap saja mendatanginya di sana (Markus 1:45).

Setelah mujizat melipatgandakan makanan, orang-orang mulai berkata, “Sungguh, Dia adalah nabi yang diutus ke dunia.” Mereka kemudian siap “memaksanya untuk menjadi raja,” karena itu Yesus pergi ke bukit seorang diri (Yohanes 6:14-15).

Ia pun menjadi terkenal karena caranya mengajar. Matius mengatakan, “Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.” (Matius 7:28-29, lihat juga Lukas 4, Matius 13:54). Yesus seringkali mengajarkan orang-orang dengan menceritakan sebuah kisah yang memiliki arti secara rohani (perumpamaan; Matius 13:34). Sebagai contoh, untuk mengajarkan orang tentang pengampunan, ia menceritakan kisah tentang seorang hamba yang dihapuskan hutangnya yang besar oleh tuannya (Matius 18:21-35).

Menjelang akhir tahun pertama, Yesus memilih dua belas orang dari mereka yang telah mengikutinya (Matius 10:1, Markus 3:13, Lukas 6:12). Kedua belas orang ini menjadi pengikutnya yang paling dekat. Yesus kemudian memberikan perintah kepada mereka untuk menyampaikan pesannnya.
Muhammad juga memulai pekerjaannya dengan dua belas orang pemimpin, dan mempersiapkan mereka untuk menyebarkan Islam ke seluruh wilayah Arab. Mari kita lihat bagaimana ia melakukannya.

[1] Ibn Ishaq, hal 111, 114.
[2] Ibn Hisham, vol. 1, bagian 2, hal 91.
[3] Ibn Ishaq, hal 115.
[4] Ibid., hal 112.
[5] Ibid., hal 118.
[6] Ibid, hal 119.
[7] Ibid, hal 131.
[8] Ibid, hal 145.
[9] Ibn Hisham, vol. 1, bagian 2, hal 222ff. Ibn Ishaq, The Life of Muhammad, hal 159ff.
[10] Ibn Ishaq, hal 160.
[11] Ibid, hal 191
[12] Ibid, hal 194-195
[13] Ibid, hal 194.
[14] Ibid. hal 203. Dalam sejarah Islam, peristiwa ini menunjuk pada “Sumpah kedua Al-Aqaba.”
[15] Ibid, hal 204Respon Orang Banyak



MUHAMMAD : TIGAPULUH TAHUN PERTAMA DI MEKAH
USIA : 40 – 53 TAHUN
YESUS : SATU - DUA TAHUN PERTAMA PELAYANANNYA SAMPAI IA MENGIRIMKAN MURID-MURIDNYA BERKHOTBAH TANPANYA

Sampai pada bagian ini, baik Muhammad maupun Yesus telah menyatakan bahwa mereka dipanggil untuk menyampaikan pesan dari Tuhan kepada dunia. Mari kita lihat pada hari-hari pertama mereka berkhotbah. Kita akan terkejut melihat adanya persamaan reaksi dari orang-orang di kampung mereka, tetapi juga ada perbedaan bagaimana Yesus dan Muhammad menanggapinya.

PERMULAAN MUHAMMAD SECARA DIAM-DIAM
Isteri Muhammad, Kadijah, adalah orang pertama yang pindah agama dan memeluk Islam, diikuti oleh sepupunya yang berusia sepuluh tahun (Ali ibn Abu Talib) yang tinggal bersama mereka.[1] Orang berikutnya yang memeluk agama Islam adalah salah seorang penyembah berhala bernama Abu Bakar. Abu Bakar ini kemudian menjadi salah seorang penginjil agama Islam yang sangat berhasil, dan ia berhasil membawa dua puluh lima orang untuk memeluk agama Islam, termasuk seseorang yang bernama Al-Arqam. Rumah Al-Arqam menjadi tempat utama bagi Muhammad mengajar.[2]

Muhammad memberitahukan paman yang membesarkannya, Abu Talib, mengenai pengalamannya, dan pamannya berjanji untuk melindungi dirinya tetapi tidak mau menerima ajaran Muhammad.

Jadi, apa yang diajarkan oleh Muhammad pada saat itu? Ia memberitahukan sepupunya bahwa untuk menjadi seorang Muslim, ia harus bersaksi bahwa, “Tidak ada tuhan selain Allah saja, tanpa sekutu, dan mengingkari al-Lat dan al-Uzza (berhala), serta melepaskan saingan-saingannya.”[3] Muhammad juga mengatakan bahwa malaikat Gabriel mengajarkannya sebuah cara sembahyang yang khusus, yang diajarkannya kepada para pengikutnya.[4] Selanjutnya, Muhammad menambahkan beberapa petunjuk yang harus diikuti untuk menjadi seorang Muslim.

Pada awalnya, Muhammad dan orang-orang Muslim bersikap rendah hati. Mereka pergi ke sebuah lembah di padang gurun, di luar kota, untuk bersembahyang sehingga orang-orang tidak dapat melihat mereka.[5] Muhammad terus melakukan cara diam-diam seperti ini di Mekah selama tiga tahun.

PERMULAAN YESUS YANG DRAMATIS
Kisah tentang Yesus di dalam kitab Injil memberikan beberapa gambaran yang berbeda mengenai awal mula pekerjaannya.

Hanya dalam beberapa hari setelah dibaptis, lima orang laki-laki telah mengikuti Yesus kemanapun ia pergi.(Yohanes 1:35-40). Mereka pergi bersama-sama ke Yerusalem untuk merayakan Paskah. Ketika mereka masuk ke bait suci, Yesus melakukan sesuatu yang membuatnya dipandang oleh pemuka-pemuka agama Yahudi seumur hidupnya. Ketika Yesus melihat orang-orang berdagang lembu, domba, dan burung merpati dan menukarkan uang, ia menjadi marah. Ia mencampakkan dan menggiring semua orang dan hewan-hewan itu keluar dari halaman bait suci sambil berteriak, “Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan.” (Yohanes 2:16)

Pemuka-pemuka agama mempertanyakan wewenangnya, namun mereka tidak mampu menghentikannya. Ia tinggal di Yerusalem untuk merayakan Paskah dan melakukan “tanda-tanda mujizat,” yang membuat banyak orang menjadi percaya kepadanya (Yohanes 2:23). Pemimpin-pemimpin agam Yahudi (orang-orang Farisi) mulai mengikuti perkembangan aktivitasnya (Yohanes 4:1)

Yesus mulai berbicara di sinagoga orang-orang Yahudi dan, “... tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu .... dan semua orang memuji Dia.” (Lukas 4:14-15). Setelah mengajar di beberapa kota, Yesus kembali mengajar di kampung halamannya, Nazaret, sebuah kampung kecil yang hanya berpenduduk sekitar dua ratus jiwa.

Apa yang Yesus ajarkan pada saat itu? Ketika ia berdiri mengajar di sinagoga di Nazaret, ia memegang gulungan kitab Yesaya. Ia membacakannya kepada orang-orang:

"Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."
-- Lukas 4:18-19 --

Ketika orang-orang menatapnya, ia mulai mengajar mereka dan berkata, “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya” (Lukas 4:21).

Di hari-hari pertama di Yerusalem, Yesus telah memberitahukan kepada para pemuka agama Yauhdi bahwa Tuhan, “telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). Seorang perempuan Samaria, di tepi sumur mengatakan kepada Yesus bahwa ia sedang mencari Mesias yang akan datang bagi orang-orang Yahudi, dan Yesus berkata, “Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau.” (Yohanes 4:26). Singkatnya, Yesus mengatakan bahwa ia adalah Anak Tuhan dan ia memegang kunci untuk memiliki hubungan yang benar dengan Tuhan, dan akan menghasilkan hidup yang kekal. Inilah pesan yang disampaikan oleh Yesus mulai sejak saat itu sampai akhir hidupnya. (Kita akan memperbandingkan pesan yang disampaikan oleh Yesus dan Muhammad lebih rinci di dalam bab 10)

PENOLAKAN MUHAMMAD DI KAMPUNG HALAMANNYA SENDIRI
DAN OLEH PARA PEMUKA AGAMA
Muhammad menyebarkan pesannya secara diam-diam selama tiga tahun sampai ia kemudian menyatakan bahwa malaikat Gabriel memerintahkannya menyampaikan pesan tersebut kepada orang banyak (pada usia empat puluh tiga tahun). Muhammad memutuskan untuk memanggil para pemimpin suku Qurais dan memberitahukan mereka tentang ajarannya. Ada beberapa hal yang perlu diingat tentang suku Qurais: (1) keluarga Muhammad adalah bagian dari suku ini. Cabang keluarganya disebut dengan Bani Hashim. (Bani dalam bahasa Arab berarti suku). (2) Suku ini secara turun temurun bertugas untuk menjaga Ka’abah, pusat penyembahan berhala bagi bangsa Arab.
Ketika Muhammad memberitahukan mereka pesan yang ia terima, mereka menjadi marah. Mereka berkata kepada paman Muhammad, “Ya Abu Talib, keponakanmu telah mengutuki dewa-dewa kita, menghina agama kita, mengejek jalan hidup kita dan menuduh para pendahulu kita melakukan kesalahan, engkau harus menghentikannya atau kami akan menangkapnya.”[6]
Karena paman Muhammad memilih untuk melindunginya, orang-orang Mekah tidak dapat membunuh Muhammad, jadi mereka hanya mengancamnya. Sebagai contoh, mereka mengingatkan orang-orang yang berkunjung ke Mekah untuk mengabaikan Muhammad. Mereka juga menghina Muhammad ketika mereka berjalan mengelilingi Batu Hitam di Ka’abah.[7]
Para pengikut agama Islam berada dalam bahaya melebihi Muhammad sendiri. Orang-orang Qurais menekan mereka untuk meninggalkan iman mereka. Jika orang yang memeluk agama Islam itu aalah orang yang terpandang di masyarakat, mereka akan mengejeknya. Jika ia seorang pedagang, mereka mengancam untuk memboikotnya. Dan jika ia berasal dari kelas masyarakat rendah, mereka akan memukulinya.[8]
Kebanyakkan orang yang memeluk agama Islam pada saat itu berasal dari kelas rendah atau para budak. Namun, berjalan dengan waktu, dua orang yang berpengaruh bergabung dengan Muhammad, yaitu Umar dan Hamzah (salah satu paman Muhammad). Kedua orang ini secara fisik sangat kuat dan agresif, dan menakutkan bagi orang-orang Qurais. Untuk memperlemah orang-orang Islam, suku Qurais memutuskan untuk memboikot seluruh orang Islam dan seluruh kerabat Muhammad (Bani Hashim).
Mereka menandatangani sebuah perjanjian bahwa seluruh suku tidak boleh menikah dengan perempuan dari suku Hashim atau memberikan perempuan mereka untuk dinikahi. Mereka juga tidak boleh membeli atuapun menjual sesuatu kepada mereka.

Pemimpin tindakan pemboikotan ini adalah Abu Lahab, salah seorang dari paman Muhammad. Ia pergi ke pasar dan berkata kepada orang banyak, “Wahai para pedagang, naikkanlah harga barang daganganmu sedemikian rupa sehingga orang-orang Muhammad tidak dapat membeli apapun daripadamu. Jika seseorang khawatir bahwa bisnisnya akan merugi, aku punya cukup uang untuk menutupi kerugian itu.”

Muhammad menyampaikan wahyu dari malaikat Gabriel mengenai orang itu (Surat 111). Beberapa saat kemudian, Muhammad dan orang-orang Islam itu pergi meninggalkan kota dan tinggal di lembah gurun yang berdekatan. Mereka mulai putus asa. Ketika seorang Muslim pergi ke kota untuk membeli makanan bagi keluarganya, para pedagang memintanya membayar harga dua, tiga bahkan empat kali lipat lebih mahal dari harga normal. Ia tidak dapat membayar, sehingga ia kembali lagi tanpa membawa apa-apa bagi keluarganya.

Sejarah Islam mengatakan bahwa para pengikut Muhammad menjadi sangat lapar sehingga mereka memakan kotoran binatang dan daun-daunan. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan sebutan Tahun Kelaparan.

Bayangkan, Muhammad dan isterinya, yang pernah menjadi orang terkaya, perempuan paling terpandang di kota Mekah, menjadi pelarian di gurun pasir, tanpa bisa membeli makanan. Mereka mungkin juga membawa anak-anak mereka yang masih kecil bersama mereka. Mereka bertahan hidup dengan adanya simpanan makanan yang diberikan secara diam-diam oleh orang-orang yang simpatik dan teman-teman mereka.[9]

Selama masa itu, Muhammad terus berbicara tentang wahyu yang berasal dari malaikat Gabriel. Ayat-ayat ini dikumpulkan dan menjadi bagian buku yang dikenal dengan nama Al Quran. Wahyu-wahyu ini seringkali berisi makian terhadap mereka yang menganiaya dirinya.

PENOLAKAN YESUS DI KAMPUNG HALAMANNYA SENDIRI
DAN OLEH PARA PEMUKA AGAMA
Kita telah melihat bagaimana orang-orang sekampung Muhammad menolaknya. Sekarang mari kita lihat di Nazaret, sebuah kota kecil, tempat di mana Yesus dibesarkan. Anda telah membaca tentang bagaimana Yesus berdiri di sinagoga di Nazaret membaca Kitab Suci. Sekarang mari kita lihat bagaimana reaksi orang-orang.

Setelah Yesus membaca kitab Yesaya, ia kemudian mengajar. Ia berbicara tentang bagaimana orang-orang di kampungnya, di Nazaret, menginginkannya membuat mujizat sama seperti yang telah dilakukannya di Kapernaum. “Aku memberitakan kepadamu kebenaran,” katanya, “seorang nabi tidak akan diterima di tempat asalnya.” Kemudian ia mengingatkan mereka tentang nabi-nabi Perjanjian Lama yang diutus dari Israel untuk menolong orang-orang yang bukan Yahudi. Ucapan ini membuat orang-orang di sinagoga menjadi sangat marah. Mereka lalu membawa Yesus ke dekat sebuah terbing yang curam, untuk melemparkannya dari tepi jurang. Tetapi Yesus berjalan melewati orang banyak dan pergi (Lukas 4:14-30).

Sebagai tambahan, Yesus juga ditolak di kota-kota lainnya dan beberapa kelompok masyarakat. Yesus melakukan banyak mujizat di kota-kota lain di Galilea, namaun mereka menolak pesan dari Yesus (Kapernaum, Matius 11:23; Korazin dan Bethsaida, Lukas 10:13). Pesan yang disampaikan oleh Yesus membuat marah para pemuka agama Yahudi, sama seperti pesan Muhammad yang membuat marah para pemimpin penyembah berhala di Mekah.
Para pemimpin agama ketika kemudian berusaha untuk membunuh Yesus tetapi mereka melakukannya dengan cara yang berbeda. Mereka tidak secara langsung membunuh Yesus, melainkan mencari cara untuk membuatnya melanggar hukum sehingga mereka dapat secara sah menghukum mati Yesus. Sebagai contoh, jika ia terbukti mengumpat, hukum orang Yahudi mengijinkan ia untuk dibunuh. Jika ia terbukti melakukan pengkhianatan terhadap pemerintah Roma, ia juga harus dibunuh (Matius 22:15)

Di depan orang-orang yang menolak dia, Yesus tetap menyampaikan sudut pandangnya dan terus bergerak (Lukas 9:51-56). Jika kita lebih lanjut melihat kehidupan Yesus dan Muhammad, kita akan melihat bahwa reaksi Muhammad terhadap penolakan dirinya sangat berbeda. Mari kita lihat bagaimana Muhammad bisa pulih dari tindakan boikot orang-orang di sukunya.

PENCABUTAN BOIKOT / MUHAMMAD MENCARI PERLINDUNGAN
Setelah dua atau tiga tahun, tanpa intervensi secara langsung dari Muhammad, para pemimpin Qurais memutuskan untuk mencabut boikot. Para pemimpin itu memutuskan bahwa tidaklah baik memperlakukan kerabat mereka sendiri dengan cara buruk seperti itu, dan karena itu mereka merobek perjanjian yang ada. Muhammad dan orang-orangnya kembali ke Mekah dan melanjutkan praktek agama Islam di sana, meski tetap mengalami beberapa penghinaan.[10]

Muhammad menyampaikan pesannya dengan memberitahukan orang-orang bahwa mereka harus meninggalkan berhala mereka, menerima Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang benar dan menerima Muhammad sebagai rasul Allah. Ia juga akan mengutip ayat-ayat Al Quran untuk orang-orang tersebut. Ketika orang-orang meminta tanda, ia menjawab, “Al Quran adalah tanda bagimu” (Surat 29:50-51).

Peristiwa dalam beberapa tahun kemudian menunjukkan bahwa Muhammad kemudian mengembangkan sebuah strategi baru untuk memantapkan agama Islam dan melindungi dirinya sendiri.
Dalam satu, dua tahun berikutnya, dua orang yang paling berpengaruh dalam hidup Muhammad, meninggal dunia – pamannya, Abu Talib, yang melindunginya dari musuh-musuhnya, dan isterinya yang memberikan dukungan moral (tahun 620 M). Muhammad berusia lima puluh tahun. Sejarah Islam mengatakan bahwa suku Qurais mulai mengancamnya, “dengan cara yang lebih menakutkan.” Sebagai contoh, ada seorang “pemuda yang tidak sopan yang melemparkan debu ke atas kepalanya”.[11] Meski demikian, tidak ada serangan secara fisik, seperti memukul, upaya pembunuhan, atau apapun yang seperti itu. Dengan demikian, dapat kita katakan bahwa Muhammad merasa terancam karena itu ia mencari orang atau suku lain yang dapat melindunginya. (Para pengikutnya juga mencari pelindung bagi diri mereka). Sejarah agama Islam mengatakan bahwa ia pergi keluar Mekah kepada orang-orang Thaqif, kediaman suku Kinda, suka Kalb tetapi ditolak oleh mereka semua.[12]

Ketika pemimpin-pemimpin suku datang ke Mekah, Muhammad menemui mereka. Ia memberitahukan mereka bahwa ia adalah seorang nabi dan meminta mereka untuk percaya kepadanya dan melindunginya sampai Allah selesai menyampaikan wahyunya kepada mereka melalui hambanya.”[13]
Selain dari penganut agama Islam yang berasal dari kelas ekonomi bawah di Mekah, usaha Muhammad tampaknya menemui keberhasilan. Ia akhirnya memperoleh kesempatan melalui perang-perang panjang antara dua suku yang berdekatan di kota Medina, Aous dan Khazraj. Kedua suku ini datang ke Ka’abah di Mekah untuk naik haji dan menyembah berhala-berhala mereka. Setelah mereka selesai menyembah, beberapa perwakilan mereka bertemu dengan Muhammad pada malam hari di Al-Aqaba. Muhammad berkata kepada mereka, “Aku mengundang orang-orang yang setia kepadamu dengan harapan engkau akan melindungi aku sama seperti para perempuan dan anak-anakmu.” Salah satu dari pemimpin itu lalu menjawab:

“Aku bersumpah demi nama ia yang mengutusmu dengan kebenaran, kami akan melindungimu sama seperti kami melindungi keluarga kami. Tanda-tangani perjanjian ini dengan kami, wahai rasul Allah. Aku bersumpah, kami adalah anak-anak perang (kami tahu bagaimana mengalahkanmu). Kami mewariskan itu dari generasi ke generasi.”[14]

Jadi kita melihat orang-orang yang telah sering berperang mengadakan sumpah setia kepada Muhammad. Muhammad jelas membuat perjanjian militer dengan suku-sukku itu. Ia berkata kepada mereka, “Aku akan berperang dengan mereka yang berperang denganmu dan berdamai dengan orang yang berdamai denganmu.”[15]

Pada bagian ini, kita melihat kemiripan yang ironis dengan Yesus. Muhammad berkata kepada orang-orang yang ia temui, “Bawalah kepadaku dua belas orang yang akan mengurus hubungan di antara mereka.” Mereka mendapatkan sembilan orang dari suku-suku mereka dan tiga orang dari suku lain. Jadi Muhammad memilih dua belas orang inti untuk berjalan bersamanya, sama seperti Yesus memanggil duabelas orang rasul untuk berjalan bersamanya.
Sampai di sini, Muhammad telah menghabiskan waktu selama tiga belas tahum berkhotbah tentang Islam. Saat itu ia sudah mulai membuat persiapan untuk mengadakan perubahan besar.
Sekarang mari kita bandingkan gambaran dari hidup Muhammad dengan bagaimana cara Yesus menyampaikan pesan-pesannya.

KHOTBAH YESUS DAN KESEMBUHAN
Kita telah melihat perkembangan mulai dari pertengahan pertama kehidupan Muhammad sebagai seorang nabi, dan sekarang kita akan memperhatikan pertengahan pertama pelayanan Yesus. Maksud kami adalah satu dua tahun pertama yang telah ia habiskan untuk mengajar orang-orang dan melatih murid-muridnya sebelum ia mengirim mereka untuk berkhotbah sendiri.
Jadi, bagaimana Yesus menyampaikan pesannya? Ia berjalan dari kota ke kota di sekitar Galilea dan Yudea dan berkhotbah. Bagaimana ia membujuk orang-orang untuk percaya kepadanya? Ia menyembuhkan orang-orang sakit, mengusir setan dan melakukan keajaiban-keajaiban terhadap alam.

Sebagai contoh, pada awal pelayanannya, ia mengusir setan keluar dari orang yang mengganggu pelayanannya di sinagoga di Kapernaum (Lukas 4:33). Kemudian Yesus pergi ke rumah Petrus dan menyembuhkan ibu mertua Petrus, yang sedang demam tinggi. Kemudian orang banyak berkumpul di rumah itu sampai malam hari. Mereka membawa kepada Yesus semua orang yang menderita berbagai macam penyakit, dan Yesus menyembuhan mereka dengan cara “menumpangkan tangan atas setiap orang” (Lukas 4:40).

Kegiatan ini membuat orang-orang meresponi Yesus dengan antusias ke manapun ia pergi. Orang-orang membawa kepadanya, “semua orang yang menderita penyakit, kerasukan setan, yang lumpuh dan menyembuhkan mereka” (Matius 4:24). Seseorang yang telah disembuhkan dari sakit kusta memberitakan kabar ini dengan sangat efektif sehingga Yesus tidak dapat pergi ke kota-kota lainnya dengan mudah karena kerumunan orang banyak. Ia kemudian meninggalkan keramaian itu untuk “menyendiri” namun orang-orang tetap saja mendatanginya di sana (Markus 1:45).
Setelah mujizat melipatgandakan makanan, orang-orang mulai berkata, “Sungguh, Dia adalah nabi yang diutus ke dunia.” Mereka kemudian siap “memaksanya untuk menjadi raja,” karena itu Yesus pergi ke bukit seorang diri (Yohanes 6:14-15).

Ia pun menjadi terkenal karena caranya mengajar. Matius mengatakan, “Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.” (Matius 7:28-29, lihat juga Lukas 4, Matius 13:54). Yesus seringkali mengajarkan orang-orang dengan menceritakan sebuah kisah yang memiliki arti secara rohani (perumpamaan; Matius 13:34). Sebagai contoh, untuk mengajarkan orang tentang pengampunan, ia menceritakan kisah tentang seorang hamba yang dihapuskan hutangnya yang besar oleh tuannya (Matius 18:21-35).

Menjelang akhir tahun pertama, Yesus memilih dua belas orang dari mereka yang telah mengikutinya (Matius 10:1, Markus 3:13, Lukas 6:12). Kedua belas orang ini menjadi pengikutnya yang paling dekat. Yesus kemudian memberikan perintah kepada mereka untuk menyampaikan pesannnya.
Muhammad juga memulai pekerjaannya dengan dua belas orang pemimpin, dan mempersiapkan mereka untuk menyebarkan Islam ke seluruh wilayah Arab. Mari kita lihat bagaimana ia melakukannya.

[1] Ibn Ishaq, hal 111, 114.
[2] Ibn Hisham, vol. 1, bagian 2, hal 91.
[3] Ibn Ishaq, hal 115.
[4] Ibid., hal 112.
[5] Ibid., hal 118.
[6] Ibid, hal 119.
[7] Ibid, hal 131.
[8] Ibid, hal 145.
[9] Ibn Hisham, vol. 1, bagian 2, hal 222ff. Ibn Ishaq, The Life of Muhammad, hal 159ff.
[10] Ibn Ishaq, hal 160.
[11] Ibid, hal 191
[12] Ibid, hal 194-195
[13] Ibid, hal 194.
[14] Ibid. hal 203. Dalam sejarah Islam, peristiwa ini menunjuk pada “Sumpah kedua Al-Aqaba.”
[15] Ibid, hal 204

Tidak ada komentar:

Posting Komentar