Kita telah melihat bagaimana Yesus dan Muhammad menyampaikan pesan mereka. Sekarang kita akan melihat secara jelas pesan apa yang disampaikan itu. Dalam bab ini, Anda akan mengetahui:
Apa yang mereka ajarkan mengenai identitas dan tujuan mereka
Bagaimana mereka memberitahu orang-orang untuk menyenangkan Tuhan
Bagaimana orang-orang dapat diampuni karena telah melawan Tuhan
Apa yang mereka ajarkan tentang hidup setelah kematian
SIAPAKAH MEREKA
MUHAMMAD : NABI TERAKHIR
Identitas diri
Muhammad menyatakan dirinya bahwa ia adalah nabi terakhir yang diutus Allah ke dunia. Ia menjelaskan:
“Persamaanku jika dibandingkan dengan nabi-nabi lain sebelum aku adalah bahwa aku telah mendirikan rumah yang sangat indah dan bagus, kecuali sebuah bangunan dengan sebuah batu bata di sudut. Orang-orang mengelilinginya dan kagum pada keindahannya, tetapi mereka berkata, “Apakah batu bata itu akan ditaruh pada tempatnya!” Jadi akulah batu bata itu, dan akulah nabi terakhir dari antara nabi-nabi.”[1]
Muhammad berkata bahwa ia adalah penggenapan dari nubuatan baik itu Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru mengenai seorang nabi yang akan datang. Dengan kata lain, ia menyatakan dirinya adalah nabi yang ditunggu oleh orang-orang Yahudi dan Kristen.
“Beberapa teman dari rasul Allah bertanya kepadanya, “Wahai rasul Allah, ceritakanlah kepada kami, tentang dirimu.
Ia menjawab, “Ya, aku adalah pesan dari ayahku Abraham dan kabar baik dari saudaraku Yesus.”[2]
Muhammad juga mengajarkan bahwa orang Yahudi dan orang Kristen telah menyelewengkan Kitab Suci sehingga petunjuk tentang kedatangan Muhammad telah dihilangkan. Para ahli agama Islam modern telah menyatakan bahwa mereka menemukan petunjuk tentang Muhammad yang ada di dalam Alkitab. Anda dapat membaca mengenai topik ini dalam Apendix B.
Meskipun ia mengatakan bahwa ia adalah nabi terakhir dan nabi terbesar, Muhammad juga mengatakan dengan jelas bahwa ia adalah manusia biasa, dan tidak suci. Muhammad berkata kepada orang banyak, “Aku hanyalah manusia biasa sama sepertimu.” (Surat 18:110). Ia akan meninggal dunia sama seperti manusia lainnya. Al Quran mengatakan, “Sesungguhnya kamu (wahai Muhammad) akan mati, dan sesungguhnya mereka (juga) akan mati.” (Surat 39:30).
Mengenai hubungannya dengan Allah, Al Quran menggambarkan Muhammad sebagai “Hamba” Allah (Surat 2:23). Orang yang memeluk Islam pun digambarkan sebagai “Hamba” Allah (Surat 50:8).
Tujuan
Pada awalnya Muhammad mengatakan bahwa tujuan Allah baginya adalah untuk menjadi “pemberi peringatan” (Surat 71:2)
“Tetapi (kamu diutus) sebagai rahmat dari Tuhanmu, supaya kamu memberi peringatan kepada kaum yang kepadanya belum datang peringatan sebelum kamu, supaya mereka mengingatnya atau menerima peringatan.”
--- Surat 28:46 ---
Tetapi, setelah Muhammad pindah ke Medinah, ia menjadi lebih dari sekedar pemberi peringatan, ia menjadi seorang penakluk. Dalam ceramah terakhirnya di Bukit Arafat, ia berkata:
“Setelah hari ini, tidak lama lagi akan ada dua agama di Arab. Aku diturunkan oleh Allah dengan pedang di tanganku, dan kesejahteraanku akan berasal dari bayangan pedangku. Dan ia yang tidak setuju kepadaku akan dipermalukan dan dianiaya.”[3]
Muhammad mengajak para penyembah berhala untuk meninggalkan berhala mereka dan kepada orang-orang Yahudi juga Kristen untuk meninggalkan iman mereka yang telah diselewengkan, dan menerima Islam.
YESUS: ANAK TUHAN
Identitas diri
Dalam banyak kitab Injil, Yesus menyatakan bahwa dirinya adalah anak Tuhan atau Tuhan adalah Bapanya. Sebagai contoh:
“Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Tuhan yang hidup!" Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.”
--- Matius 16:15-17 ---
“(Yesus berkata) masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Tuhan! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Tuhan? Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.”
--- Yohanes 10:36-38 ---
“Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya: "Demi Tuhan yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Tuhan, atau tidak." Jawab Yesus: "Engkau telah mengatakannya.”
--- Matius 26:63-64 ---
(Ayat-ayat lain yang menunjukkan bahwa Yesus menyatakan dirinya sebagai Anak Tuhan mencakup Matius 4:6; 8:29; 10:32; 11:27; 16:15-17, 27; 27:43; 28:29; Markus 1:11; Lukas 2:49; 10:22; Yohanes 3:16-18; 5:17-18, 25; 10:36; 11:4)
Yesus mengatakan bahwa dirinya adalah penggenapan terhadap nubuat bagi bangsa Yahudi mengenai Mesias yang akan datang.
“Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.”
--- Matius 5:17 ---
“Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.”
--- Lukas 24:44 ---
Perkataan Yesus didukung oleh banyak nubuat nabi dalam Perjanjian Lama yang digenapi dalam hidupnya, seperti dilahirkan di Betlehem, tinggal di Nazaret, menghabiskan waktu di Mesir dan rincian mengenai hari-hari terakhir hidupnya. Silahkan lihat Apendiks C untuk daftar yang lebih lengkap, termasuk referensi.
Tujuan
Kitab Perjanjian Lama mengajarkan bahwa Tuhan meminta korban binatang untuk persembahan penebusan dosa. Yesus berkata bahwa tujuan kedatangannya adalah untuk mempersembahkan dirinya sebagai korban terakhir untuk penebusan dosa setiap manusia.
“Karena Anak Manusia juga datang ... untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”
--- Markus 10:44 (lihat juga dalam Yohanes 3:14) ---
Yesus meminta orang-orang untuk mempercayai pesan yang disampaikan olehnya agar mereka memiliki hidup yang kekal.
“Karena begitu besar kasih Tuhan akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.”
--- Yohanes 3:16-17 ---
CARA MENYENANGKAN TUHAN
Inti dari agama manapun adalah bagaimana manusia dapat memiliki hubungan dengan Tuhan. Ajaran Yesus dan Muhammad sangat berbeda dalam hal ini.
Persyaratan untuk menjadi seorang Muslim
Pesan yang disampaikan oleh Muhammad dibangun dan menjadi jelas bersamaan dengan berjalannya waktu. Dengan kata lain, kewajiban yang dituntut kepada umat Islam pada awal pewahyuan tidaklah sama dengan dua puluh atau tiga puluh tahun kemudian. Sebagai contoh, di Mekah, pada awalnya, umat Islam tidak dituntut untuk bersembahyang dengan jumlah tertentu. Setelah perjalanan Muhammad di Malam Hari, yang terjadi sepuluh tahun setelah pewahyuannya yang pertama, sembahyang diwajibkan menjadi lima kali sehari. Contoh lainnya adalah tentang naik haji ke Mekah, yang tidak diwajibkan sampai tahun kesembilan Muhammad tinggal di Madinah.
Kita akan melihat pesan yang disampaikan oleh Muhammad pada akhir perkembangan agama Islam. Persyaratan untuk menjadi seorang pemeluk agama Islam, adalah:
Menyembah hanya kepada Allah, kepada Muhammad sebagai nabi, dan percaya kepada Al Quran.
Berdoa dengan ritual Islam sebanyak lima kali sehari seperti yang telah ditentukan waktunya. (Pada bab 15, saya akan menggambarkan sembahyang secara Islam dengan rinci.)
Membayar zakat (amal) ke “Rumah Uang,” yang dikelola oleh Muhammad. Setiap orang diminta untuk memberikan 2 persen dari seluruh pendapatannya. Zakat bukanlah pilihan. Muhammad menggunakan uang tersebut untuk membiayai pasukan umat Islam, membantu orang miskin dan membangun gedung-gedung. Pada saat itu belum dikenal istilah “pajak”, tetapi seperti itulah uang tersebut digunakan. Tidak ada pemerintahan sekuler, jadi negara Islam pada saat itu adalah satu-satunya negara yang mengumpulkan pajak. Saat ini, umat Islam tinggal di bawah pemerintahan sekuler dan harus membayar pajak kepada pemerintah. Jadi zakat adalah tambahan kepada pajak sekuler mereka. Karena tidak ada pusat negara Islam, maka setiap orang harus memilih kemana mereka akan memberikan uang mereka.
Puasa antara sembahyang pertama sampai ke empat, selama bulan Ramadan.
Melakukan ziarah (naik haji) ke Ka’abah di Mekah (surat 22:27)
Sebagai tambahan, Muhammad di Medinah menasehati orang-orang bahwa Allah “mencintai” mereka yang mau berperang baginya dalam perampokan dan dalam pertempuran umat Islam dengan orang-orang yang tidak percaya di wilayah Arab (Surat 8 dan 9).
Persyaratan untuk menyenangkan Tuhan
Pesan Yesus tetaplah sama sejak awal sampai pada akhirnya. Ia mengatakan bahwa ia adalah jalan untuk memperoleh hubungan yang benar dengan Tuhan. “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14:6)
Yesus tidak mempunyai daftar persyaratan bagi para pengikutnya. Sebagai gantinya, ia mengundang mereka:
“Mari, ikutlah Aku.”
--- Markus 1:17 ---
Dan mereka mengikutinya.
“Dan orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia.”
--- Yohanes 6:2 ---
Yesus tidak pernah mengatakan bahwa mengikuti Dia akan mudah. Ia malah mengingatkan bahwa hidup mereka berada dalam bahaya.
“Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.”
--- Markus 8:34-35 ---
Tetapi Yesus juga menjanjikan bahwa ia tidak akan membebani para pengikutnya.
“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.”
--- Matius 11:28-30 ---
Ia meminta mereka untuk mematuhi dua hukum “terbesar” dalam perintah Tuhan:
“Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?" Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata Yesus kepadanya: "Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.”
--- Lukas 10:25-28 ---
Singkatnya, persyaratan untuk menjadi seorang Kristen adalah mengikut Yesus, mencintai Tuhan, dan mencintai sesama. Berbeda dengan Muhammad, Yesus tidak pernah meminta murid-muridnya untuk mengikuti hukum tentang kapan harus berdoa, berapa banyak uang yang harus diberikan, berapa sering berpuasa atau kapan harus melakukan ziarah.
PENGAMPUNAN DOSA
Jika Anda belajar tentang bagaimana menyenangkan Tuhan, maka Anda harus menjelaskan apa yang akan terjadi jika terjadi suatu kesalahan yang tidak dapat dihindari. Dengan kata lain, apakah persyaratan Tuhan untuk memperoleh pengampunan? Marilah kita lihat apa yang dikatakan oleh Yesus dan Muhammad.
Allah memutuskan dosa-dosa siapa yang akan diampuni
Ada sebuah cerita yang sangat terkenal dalam sejarah Islam mengenai kematian paman Muhammad, Abu talib, yang telah melindungi Muhammad dari musuh-musuhnya di Mekah selama bertahun-tahun. Ketika pamannya sekarat, Muhammad memohon agar ia menerima Islam, tetapi ia menolak. Setelah itu Muhammad menerima pewahyuan dari Allah, yang mengatakan:
“Kamu mohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja). Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampun kepada mereka. Yang demikian itu adalah karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik (para pemberontak, tidak taat kepada Allah).”
--- Surat 9:80 ---
Dengan kata lain, Muhammad berkata bahwa ia tidak mempunyai kemampuan untuk mengampuni seseorang dari kesalahnnya atau meyakinkan Allah untuk mengampuni. Muhammad hanya berkata bahwa ia hanya bisa mengurangi hukuman bagi pamannya, sebagai berikut:
“Di antara para penduduk api Abu Talib adalah yang paling kecil penderitaannya, dan ia akan memakai dua sepatu (dari api), yang akan mendidihkan otaknya.[4]”
Dalam kejadian yang lain, Muhammad berkata bahwa ia meminta Allah untuk mengampuni ibunya, yang meninggal dunia ketika Muhammad masih berusia enam tahun. Salah seorang pembantu Muhammad menceritakan kisah itu demikian:
“Abu Harriara mengisahkan, “Nabi Muhammad mengunjungi makam ibunya dan menangis, dan menangis hingga membuat semua orang yang berada di sekitarnya ikut menangis. Lalu Muhammad berkata, “Aku meminta Allah apakah aku boleh memohonkan ampun bagi ibuku, dan ia berkata tidak, tetapi ia hanya memberikanku ijin untuk mengunjungi makamnya.[5]”
Sekali lagi Muhammad menyatakan bahwa ia tidak dapat mempengaruhi Allah untuk mengampuni dosa. Melalui Al Quran dan Hadits, Muhammad berpikir bahwa hanya Allah yang memiliki wewenang untuk mengampuni dosa.
Semua pengampunan dosa tidaklah sama di dalam teologia Islam. Ada dosa besar dan ada dosa kecil. Contoh dosa besar adalah menyembah tuhan lain selain Allah; menyangkal dasar-dasar dalam agama Islam, terutama lima pilar; menghina Muhammad; membunuh orang di luar kerangka hukum Islam dan memfitnah orang ketika orang tersebut tidak ada. Si pembuat dosa harus bertobat di hadapan Allah, tetapi Allah yang memutuskan apakah orang tersebut akan diampuni atau tidak. Pada hari penghakiman, orang tersebut akan mengetahui apakan Allah akan mengampuninya atau tidak.
Sebaliknya, dosa kecil dapat dihapuskan dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik, seperti melakukan sembahyang tambahan, berpuasa lebih banyak atau berbuat amal lebih banyak. Sebagai contoh dosa kecil adalah melewatkan waktu bersembahyang dalam satu hari, berbohong, makan ketika puasa di bulan Ramadan, atau menolak untuk membantu tetangga yang membutuhkan.
Singkatnya, Allah sendirilah yang memutuskan apakah seseorang akan diampuni. Jika ia melakukan dosa bear, ia bergantung pada belas kasihan Allah. Jika ia melakukan dosa kecil, ia dapat memohon pengampunan dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik atau pergi naik haji (berziarah ke Mekah).
Pengampunan Allah bagi mereka yang ikut berperang
Setelah Muhammad mulai melakukan perjalanan militer dari Medinah, ia menerima pewahyuan mengenai cara khusus bagaiamana umat Islam dapat memperoleh pengampunan dari Allah – yaitu dengan berperang dan mati demi Islam. Salah satu wahyu menjelaskan tentang berperang untuk Allah seperti “berdagang”. Jika engkau memberikan “kemakmuran dan hidupmu” maka ia akan mengampuni dosa-dosamu, memasukkanmu ke dalam sorga, dan membantu kamu dalam peperanganmu. Berikut ini adalah ayat dari Al Quran:
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? Yaitu kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya, (jika kamu melakukannya) niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga ’Adn (Eden). Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah (terhadap musuh-mushmu) dan kemenangan yang dekat (waktunya).”
--- Surat 6:10-13 (penekanan ditambahkan) ---
Umat Islam lebih jauh mengartikan ayat ini bahwa orang yang mati dalam jihad akan langsung masuk sorga dan tidak perlu menunggu di dalam kuburnya sampai hari Penghakiman.
Yang Yesus ajarkan tentang pengampunan
Sementara Muhammad berkata bahwa ia tidak memiliki kemampuan untuk mengampuni dosa, Yesus secara terang-terangan mengakui bahwa ia memiliki kuasa penuh untuk mengampuni dosa.
“Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni." Maka berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: "Ia menghujat Tuhan." Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: "Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" -- lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu --: "Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" Dan orang itu pun bangun lalu pulang.”
--- Matius 9:2-7; lihat juga Lukas 7:36-50 ---
Ketika Yohanes Pembaptis melihat Yesus berjalan ke arahnya, ia mengatakan, “Lihatlah Anak domba Tuhan, yang menghapus dosa dunia” (Yohanes 1:29). Ketika Yesus membicarakan kematiannya melalui peristiwa penyaliban, ia berkata, “Inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa” (Matius 26:28).
Dengan kata lain, Yesus tidak hanya menyatakan bahwa dirinya sanggup mengampuni dosa atas nama Tuhan selama ia ada di bumi, tetapi ia juga menyatakan bahwa kematiannya akan berfungsi sebagai korban pengganti, memberikan pengampunan dosa bagi semua manusia di sepanjang masa. Salah satu pernyataan terakhir Yesus kepada murid-muridnya, adalah:
“Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.”
--- Lukas 24:46-47 (penekanan ditambahkan) ---
KEADAAN SETELAH KEMATIAN
Kita tahu bahwa Yesus dan Muhammad telah mengajarkan tentang diri mereka dan apa yang mereka minta untuk dilakukan oleh para pengikut mereka. Sekarang mari kita bandingkan ajara mereka tentang Tuhan atau bagaimana Allah memperlakukan orang-orang ketika mereka meninggal dunia.
Keadaan seorang muslim setelah meninggal
Muhammad mengajarkan bahwa setelah meninggal dunia, seseorang akan tetap tinggal di dalam kuburnya sampai pada Hari Penghakiman. Jika orang itu berbuat baik maka kuburnya akan seperti surga kecil. Tetapi jika perbuatan orang itu buruk, maka kuburnya akan menjadi tempat penderitaan (Surat 55:46-60). Namun demikian, Muhammad tidak dapat memberitahukan seseorang secara pasti apakah ia akan mendapatkan kegembiraan ataukah penderitaan di dalam kuburnya.
Sebagai seorang Muslim, saya sendiri frustasi dengan tidak jelasnya informasi mengenai ini. Saya heran, “Mengapa tuhan di dalam Al Quran memberikan begitu banyak pedoman tentang kehidupan di dunia, seperti apa yang harus dilakukan ketika seorang perempuan sedang mendapatkan haid, tetapi tidak dapat memberitahukan apakah aku akan disiksa atau memperoleh kenyamanan ketika aku meninggal dunia?”
Muhammad sendiri menyatakan kekhawatirannya tentang apa yang akan terjadi padanya di dalam kubur. Istrinya, Aisah mengatakan:
“Dua orang wanita tua Yahudi mengunjungiku di rumahku dan berkata kepadaku, “Orang mati di dalam kubur mereka akan dihukum.” Aku tidak percaya kepada mereka. Setelah mereka pergi, aku pergi kepada Nabi Muhammad dan menceritakan hal itu kepadanya, lalu ia berkata, “Ya, mereka mengatakan hal yang benar kepadamu; yaitu bahwa sebagian orang yang telah meninggal dunia akan dihukum, bahkan binatang pun dapat mendengar teriakan mereka di dalam kubur.” Sejak saat itu, setiap kali aku melihat Nabi Muhammad sembahyang, ia meminta Allah untuk membebaskannya dari penghakiman di dalam kubur.”[6]
Muhammad berpikir bahwa Hari Penghakiman akan dinyatakan dengan bunyi terompet. Kemudian semua yang mati dan yang hidup akan berkumpul bersama, digiring oleh para malaikat untuk masuk ke dalam kotak, untuk kemudian dihakimi oleh Allah sendiri. Allah akan menimbang perbuatan baik dan buruk mereka dan memutuskan siapa yang akan pergi ke sorga dan siapa yang akan ke neraka. Sampai Hari Penghakiman, seseorang tidak tahu apakah ia telah menyenangkan Allah. (Lihat Surat 6:73, 18:99, 20:102, 23:101, 27:87, 36:48, 39:68, 78:18.)
Muhammad sendiri berkata bahwa ia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya di Hari Penghakiman. Mari kita lihat saat di mana ia membuat pernyataan ini. Muhammad sedang berkunjung ke suatu rumah di mana seorang pria Muslim meninggal dunia dan jenazahnya masih di sana. Seorang perempuan berkata kepada jenazah trersebut, “Kiranya belas kasihan Allah ada atasmu. Aku bersaksi bahwa Allah telah menghargaimu.”
Muhammad berkata kepada perempuan itu, “Bagaimana kau tahu hal itu (Allah menghargai pria tersebut)?”
Ia menjawab, “Aku tidak tahu, demi Allah.”
Muhammad menjawab, “Baginya, kematian telah mendatanginya dan aku berharap semua yang baik dari Allah untuknya. Demi Allah, meskipun aku adalah rasul Allah, aku sendiri tidak tahu apakah yang akan terjadi kepadaku, tidak juga dirimu.”[7]
Pengikut setia Muhammad, Abu Bakar juga berbicara tentang kengerian akan penghukuman Allah. Ia berkata, “Jika salah satu kakiku berada di sorga, dan yang satunya lagi berada di luar, aku tidak akan mempercayai kelicikan Allah.”[8] Maksud Bakar di sini yaitu bahwa hidup kekalnya adalah sebuah misteri sampai kedua kakinya benar-benar berada di dalam surga.
Nama kecil Abu Bakar adalah “Lelaki yang Menangis” karena ia bisa menangis terus menerus sementara ia sembahyang.[9] Ketika ditanya mengenai hal ini, jawabnnya adalah, “Setiap saat aku berdoa, aku membayangkan Allah berdiri di hadapanku dan raja kematian di belakangku, surga di sebelah kananku dan neraka di sebelah kiriku, dan aku tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Tuhanku kepadaku.”[10]
Ajaran Muhammad memberikan umat Islam sedikit kenyamanan ketika orang yang dicintai meninggal dunia.
“Muhammad melihat seorang perempuan menangis di makam anak lelakinya. Lalu ia berkata, “Jadilah orang yang bertakwa dengan baik dan bersabarlah.” Perempuan itu kemudian menjawabnya, “Pergilah, karena bukan engkau yang kehilangan orang yang dikasihi, melainkan aku. Perempuan itu tidak mengenal Muhammad.”[11]
Mari kita uji perkataan Muhammad yang menentramkan perempuan di atas. Ia menyuruhnya untuk menjadi seorang Muslim yang baik dan bersabar. Dalam ajaran agama Islam, apa yang terjadi pada anak laki-laki perempuan itu merupakan kehendak Allah. Tidak seorangpun tahu apakah ia akan pergi ke neraka atau ke sorga; Allah yang memutuskan. Jadi Muhammad mengatakan kepada perempuan itu untuk menerima keputusan Allah, apapun itu. Namun, hal ini tidak menentramkan hatinya.
Takdir
Ajaran Muhammad tentang Hari Penghakiman merupakan kombinasi dengan ajarannya mengenai takdir. Hasilnya adalah ketidakpastian besar dalam pikiran umat Islam tentang keadaan setelah meninggal dunia:
“Rasul Allah, satu-satu dan yang benar-benar memperoleh ilham berkata, (sebagai ciptaan Allah), setiap orang dari kamu dikumpulkan dalam rahim ibumu selama empat puluh hari pertama dan kemudian menjadi gumpalan pada empat puluh hari yang kedua, dan menjadi sepotong daging pada empat puluh hari berikutnya. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk menuliskan empat kata, “Ia menulis perbuatan-perbuatannya, waktu kematiannya, cara hidupnya dan apakah ia akan dikutuki atau diberkati (dalam agama). Baru kemudian jiwanya dihembuskan ke dalam tubuhnya. Jadi seseorang bisa melakukan perbuatan-perbuatan yang dicirikan oleh orang-orang neraka. Api, begitu banyak sehingga jarak antara mereka dengan api itu hanya sedikit, maka apapun yang telah tertulis (oleh malaikat) akan berlaku, dan demikianlah ia memulai perbuatan ciri-ciri dari orang-orang yang berada di dalam dan akan masuk surga. Hampir sama dengan itu, seseorang bisa saja melakukan perbuatan seperti orang-orang sorga sebanyak mungkin sehingga hanya sedikit saja jaraknya dengan sorga, dan kemudian apa yang telah dituliskan (oleh malaikat) akan berlaku, dan ia yang melakukan perbuatan dari orang-orang (api) neraka akan masuk (api) neraka.”[12]
Ijinkan saya membuat ringkasan tentang apa yang dikatakan hadits supaya Anda memahaminya dengan mudah. Muhammad pikir bahwa ketika seseorang masih berada di dalam rahim ibunya, Allah mengutus malaikat untuk menulis tentang hidup orang tersebut mengenai: (1) perbuatan-perbuatannya, (2) waktu kematiannya, (3) cara hidupnya dan (4) apakah ia akan dikuti atau diberkati (artinya apakah ia akan masuk neraka atau masuk sorga).
Oleh karena itu, seseorang bisa saja melakukan perbuatan jahat seumur hidupnya, tetapi jika di dalam rahim ibunya, malaikat telah menulis bahwa ia akan “diberkati” maka pada akhir hidupnya takdir ini yang akan mengambil alih dan ia akan melakukan perbuatan baik lalu berakhir di sorga. Sebaliknya, seseorang yang melakukan perbuatan baik seumur hidupnya, tetapi jika malaikat telah menulis bahwa ia akan “dikutuk” maka pada akhir hidupnya, takdir ini jugalah yang akan mengambil alih dan orang tersebut akan mulai berbuat jahat dan berakhir di neraka.
Bagaimana hal ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari? Jika Anda adalah seorang Muslim, Anda akan berharap bahwa Allah akan menerima semua perbuatan baik dan mengijinkan Anda masuk sorga. Tetapi karena Anda berpikir bahwa takdir terakhir Anda didasarkan pada perkataan yang telah ditulis oleh malaikat sebelum Anda lahir, maka harapan Anda itu bisa dibayangi dengan keragu-raguan. Bagaimana jika aku termasuk dalam salah seorang yang ditakdirkan untuk melakukan perbuatan baik seumur hidupku tetapi pada akhirnya diputuskan masuk neraka?
Ajaran Yesus tentang keadaan setelah meninggal
Hari Penghakiman juga menjadi bagian dari ajaran Yesus (Matius 10:15, 11:22-24, 12:36, 41-42, 24:31; Lukas 10:14, 11:31-32). Mengenai Hari Penghakiman, Yesus berkata:
Tidak ada yang tahu tentang harinya kecuali Tuhan (Matius 24:36).
Suara sangkakala berbunyi (Matius 24:31).
Para Malaikat akan mengumpulkan orang-orang (Matius 13:41).
Seperti yang baru saja Anda baca, Muhammad menjelaskan semua keterangan yang sama enam ratus tahun kemudian. (Lihat Surat 6:73, 18:99, 20:10, 23:101, 27:87, 36:48, 50:20, 78:18). Meski demikian ajaran Yesus tentang Hari Penghakiman sangat berbeda dengan ajaran Muhammad. Sebagai contoh, Yesus mengatakan bahwa ia akan kembali dan melakukan penghakiman (Matius 13:24-30, 36-41, 47-50; 25:31-33; Yohanes 5:22). Sedangkan Muhammad mengatakan Allahlah yang akan menghakimi.
Yesus menceritakan empat perumpamaan dalam Matius 24 dan 25 tentang Hari Penghakiman, untuk menggambarkan kriteria orang-orang yang mana yang akan dihakimi. Setiap perumpamaan mengajak orang-orang untuk mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama mereka untuk mendapatkan hidup yang kekal.
Apakah ini berarti bahwa Yesus menuntut perbuatan baik agar seseorang masuk sorga? Ini adalah pertanyaan penting yang dapat kita jawab melalui ajaran Yesus itu sendiri. Yesus berkata bahwa iman kepadanya diperlukan untuk memperoleh hidup kekal, “Ia (Tuhan) telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). Dan Yesus sendiri berakta, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku” (Yohanes 14:15). Ini berarti bahwa jika Anda benar-benar mempercayai bahwa Yesus adalah Anak Tuhan, Anda akan menaati perintahnya. Jika Anda tidak menaati perintahnya, itu berarti Anda tidak mempercayainya.
Pemahaman ni didukung oleh tulisan para pengikut Yesus. Yakobus, salah seorang murid Yesus yang sangat dekat dengannya menulis, “Iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati” (Yakobus 2:26). Ia melukiskan perbuatan baik sebagai bukti dari iman, “Aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku” (Yakobus 2:18). Kitab Efesus menyatakan dengan sederhana, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” (Efesus 2:8-9).
Oleh karena itu, pada Hari Penghakiman, Yesus akan mencari perbuatan baik yang merupakan bentuk iman kepadanya.
Untuk mengetahui apa yang terjadi pada orang-orang mati sementara mereka menantikan Hari Penghakiman, Yesus memberikan sebuah ajaran. Ia bercerita tentang sebuah kisah di mana seorang yang kaya meninggal dunia lalu masuk neraka, dan seorang miskin yang juga meninggal dunia namun duduk di pangkuan Abraham, yang merupakan tempat yang nyaman (Lukas 16:19-31). Hal ini memberikan sebuah indikasi tempat di mana orang-orang yang telah meninggal dunia menunggu sampai tiba Hari Penghakiman. Keterangan lainnya mengenai penghakiman bagi orang percaya dan bukan orang percaya digambarkan dalam bagian lain di kitab Perjanjian Baru, terutama kitab Wahyu.
KESIMPULAN
Yesus dan Muhammad telah menjelaskan gagasan yang sangat mendalam tentang bagaimana menyenangkan Tuhan, pengampunan dan Hari Penghakiman. Mereka melihat peran mereka sebagai utusan Tuhan dengan cara yang berbeda pula. Dalam bab berikutnya, kita akan melihat apa yang dikatakan oleh Muhammad tentang Yesus dan apa yang mungkin saja dikatakan oleh Yesus tentang Muhammad.
[1] The Correct Books of Bukhari, vol. 4, buku 56, no 735.
[2] Ibn Hisham, vol. 1, bagian 1, hal. 302.
[3] Ibn Hisham, vol. 3, bagian 6, hal 8.
[4] The Correct Books of Muslim, buku 1, no. 413.
[5] Sahih Muslim, no. 2259.
[6] Sahih Muslim, no. 1321. Lihat juga The Correct Books of Muslim, buku 4, hal 1214.
[7] The Correct Books of Bukhari, vol. 9, buku 87, no. 145. Narasi oleh Kharija bin Zaid bin Thabit.
[8] Dr. Haykyl, Men Around the Messenger (Cairo, Mesir: Dar Al-Nahadah Publishers, 1972)
[9] The Correct Books of Bukhari, vol. 5, buku 58, no. 245.
[10] Haykyl, Men Around the Messenger.
[11] Sahih al-Bukhari, no. 372, vol. 2, hal 208. Lihat juga The Correct Books of Bukhari, vol. 2, buku 23, no. 372.
[12] The Correct Books of Bukhari, vol. 4, buku 55, no. 549. Narasi oleh Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar