BAB

Sabtu, 09 Oktober 2010

5. PERMULAAN WAHYU

Muhammad : Usia 40 Tahun
Yesus : Usia 32 Tahun

Dalam bab ini, Anda akan melihat apa yang dilakukan oleh Yesus dan Muhammad ketika mereka menjadi seorang pemuda dan apa yang terjadi ketika mereka mulai mengajarkan cara-cara baru untuk memahami Tuhan.

PEKERJAAN DAN PERNIKAHAN MUHAMMAD
Sama seperti keadaan saat ini, pada zaman Muhammad, Arab adalah padang pasir. Ini berarti, untuk dapat bertahan, penduduknya harus berdagang dengan orang-orang dari daerah lain untuk mendapatkan makanan karena mereka tidak bisa bercocok tanam. Orang-orang dari suku Muhammad, yaitu suku Qurais adalah “orang-orang yang pandai berdagang.”[1] Pemimpin usaha dari Mekah akan mengirim kereta unta ke Siria atau Yaman penuh dengan barang dagangan. Ketika mereka tiba di tempat tujuan, pemimpin kereta akan menjual barang-barang mereka, menggunakan uang hasil dagang itu untuk membeli makanan dan barang-barang lain yang mereka butuhkan, mengisinya di kereta unta mereka dan kembali ke Mekah.

Salah satu kereta unta terbesar dimiliki oleh seorang perempuan yang paling kaya dan berpengaruh di Mekah, bernama Kadijah. Sejarah agama Islam mengatakan bahwa ketika ia melihat sifat-sifat jujur dan baik Muhammad, ia mempekerjakannya untuk memimpin kereta ke Siria. Ketika Muhammad kembali, barang-barang itu dijual dengan harga (kira-kira) dua kali lipat. Kadijah terkesan akan hal itu. Meskipun ia berusia lebih dari empat puluh tahun, telah empat kali bercerai dan memiliki beberapa orang anak, ia melamar Muhammad, manajer keretanya yang berusia dua puluh lima tahun. Orang-orang sering menjadi skeptis ketika mereka mendengar Kadijah melamar Muhammad. Tetapi inilah kebenaran seperti yang diceritakan dalam sejarah Islam. Keluarga Kadijah dan Muhammad juga bergumul dengan situasi ini.

Paman Muhammad yang mengangkatnya (Abu Talib) dan ayah Kadijah bertentangan dalam hal pernikahan tersebut. Di sinilah kemudian untuk pertama kainya sejarah menyebutkan figur utama dalam kehidupan Muhammad – sepupu Kadijah. Sepupunya itu bernama Waraqa bin Neufal. Ia adalah salah seorang pemimpin agama di Mekah karena ia adalah gembala sidang dari sebuah gereja besar.

Anda mungkin heran mendengar tentang sebuah gereja di Arab selama masa Muhammad. Semua tulisan sejarah Islam, terutama yang berhubungan dengan status keagamaan di Mekah pada saat itu, berbicara tentang kedatangan Kekristenan dari Barat (Siria, Mesir, Ethiopia, Yaman). Banyak suku di Arab memeluk Kristen sebagai agama mereka. Tetapi bentuk Kekristenan ini berbeda dengan yang digambarkan dalam Perjanjian Baru. Dua cabang yang terbesar adalah Ebionit dan Nestoria. Kedua kelompok ini menyangkal bahwa Yesus adalah Anak Tuhan atau bersifat ilahi.

Gereja Ebionit yang sangat besar dapat ditemukan di Mekah dipimpin oleh Uthman bin Al-Huweirith. Dan gembala sidang berikutnya adalah sepupu Kadijah, Waraqa bin Neufel.

Ketika Kadijah dan Muhammad hendak menikah, Waraqa mendukung mereka. Ia meyakinkan kedua keluarga untuk mengijinkan mereka berdua menikah, dan ia sendiri yang memimpin upacara pernikahan.[2] Jadi mungkin saja Muhammad menikah dengan cara Kristen dan isterinya kemungkinan juga memeluk keyakinan Ebionit.

Muhammad terus mengelola kereta Kadijah. Meskipun ia telah berusia empat puluh tahun, sejarah Islam mengatakan bahwa mereka berdua mempunyai enam orang anak – dua anak laki-laki yang meninggal ketika masih bayi dan empat anak perempuan.


KEHIDUPAN YESUS YANG TIDAK DIKETAHUI
Kami tidak mengetahui secara rinci mengenai apa yang dilakukan oleh Yesus ketika ia masih remaja atau anak muda. Apabila ia memperoleh pendidikan sebagai seorang anak Yahudi, maka ia akan mulai membaca dan menulis sejak usia lima tahun. Pada usia sepuluh tahun, ia akan telah memulai pelajaran tentang aturan orang-orang Yahudi atau Hukum Taurat. Pendidikan formalnya akan telah selesai pada usia delapan belas tahun. Dan karena Yusuf adalah seorang tukang kayu, Yesus mungkin telah belajar bagaimana cara berdagang darinya dan mulai mempraktekkannya.[3] (Ia disebut sebagai anak tukang kayu dalam Markus 6:3.)

Beberapa saat sebelum Yesus memulai pengajarannya kepada orang banyak, tampaknya Yusuf telah meninggal dunia karena ibu dan saudara-saudara Yesus disebutkan beberapa kali dalam kitab Injil, tetapi Yusuf tidak. Yesus merasa bertanggung-jawab untuk menjaga ibunya (Yohanes 19:26-27).

Kami tidak memiliki catatan apakah Yesus pernah menikah.
Kami dapat membuat beberapa kesimpulan mengenai kehidupan keagamaan Yesus. Misalnya, ketika ia pergi ke sinagoga di Nazaret, ia diberikan kesempatan untuk membaca dari Kitab Suci. Ia paham tentang keadaan di sekitar sinagoga, dan ikut serta di dalam penyembahan yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi di tempat itu (Lukas 4:16).

Setelah ia mulai berkhotbah kepada orang banyak, kitab Injil mengatakan bahwa Yesus akan pergi untuk berdoa seorang diri, jadi dapat kami asumsikan bahwa ia juga selalu melakukan hal ini sebelum ia mengajar orang banyak.

Ini adalah gambaran umum tentang kehidupan keagamaan Yesus. Muhammad juga ikut serta di dalam kehidupan keagamaan di Ka’abah di Mekah pada zamannya, dan selalu menyediakan waktu untuk bermeditasi. Sekarang mari kita melihat lebih dekat lagi bagaimana hal ini kemudian berkembang dan melahirkan wahyu pertama dalam ajaran agama Islam.

WAHYU YANG DATANG KEPADA MUHAMMAD
Sebagai seorang pemuda di usia dua puluh tahunan, Muhammad mulai berpergian secara teratur ke sebuah gua kecil di salah satu gunung yang mengitari kota Mekah, menghabiskan waktu untuk berdoa kepada Tuhan yang tidak terlihat, mencari wajah dari Tuhan Sang Pencipta. Ia akan menghabiskan waktu satu, dua atau tiga hari pada saat berdoa. Sementara itu, isterinya, Kadijah, akan membawakannya makanan dan minuman untuknya.[4]

Muhammad mendengarkan orang-orang berdiskusi dan menyampaikan pendapat mereka tentang Tuhan. Ia kemudian menjadi sangat dipengaruhi oleh ajaran Ebionit melalui isterinya, Kadijah, dan sepupunya Waraqa bin Neufal.[5] Waraqa menjadi pembimbing Muhammad, dan mengajarkannya tentang Kekristenan. Sebuah hadits mengatakan bahwa Waraqa pernah mengambil bagian dalam penginjilan di tanah Arab.[6]

Beberapa catatan sejarah mengatakan bahwa hanya kitab Matius yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada masa itu, jadi kemungkinan Muhammad hanya belajar dari kitab Matius. Ia juga mungkin diajarkan tetang keyakinan dari agama Yahudi. Ajaran ini berasal dari Perjanjian Lama, meski mungkin hanya terbatas pada kitab Taurat (lima kitab pertama dari Perjanjian Lama yang ditulis oleh Musa) dan kitab Mazmur, yang dikenal sebagai Puji-pujian Daud.

Pada saat yang sama, Muhammad tampaknya juga masih terus pergi ke Ka’abah. Kami dapat menyimpulkan hal ini karena seorang sejarahwan mengatakan bawha Muhammad bertemu dengan Waraqa suatu saat ketika ia mengelilingi Batu Hitam di tengah-tengah Ka’abah.[7]

Jadi pada masa-masa itu di dalam hidupnya, Muhammad menikah, menjalankan kereta, belajar agama dari sepupunya yang beraliran Ebionit dan melakukan meditasi pribadinya di dalam gua-gua di sekitar Mekah. Ia terus mempraktekkan hal ini selama lebih dari limabelas tahun.

Kemudian, pada usia empat puluh tahun (610 M), ia mendapat sebuah pengalaman yang menakutkan dirinya. Muhammad telah bermediasi selama bulan Suci Ramadhan di Gua Hira, ketika kemudian dikatakan, “Kebenaran turun ke atasnya.”

Malaikat Gabriel menampakkan diri kepadanya dan berkata, ”Bacalah!”
Lalu Muhammad menjawab, “Aku tidak bisa membaca.”
Malaikat itu menangkapnya dan “menekan tubuhnya” dengan keras sehingga Muhammad berpikir ia tidak tahan lagi. Kemudian malaikat itu berkata lagi, “Bacalah!”

Muhammad menjawab lagi, “Aku tidak bisa membaca.”
Sekali lagi, malaikat itu menekan tubuhnya dan melepaskannya lagi dan memberitahukan Muhammad apa yang harus dibacanya, “Bacalah! Di dalam Nama Tuhanmu yang telah menciptakan (semua yang ada). Ia telah menciptakan manusia dari gumpalan (darah kental yang membeku). Bacalah! Dan Tuhanmu Maha Pemurah.
Ayat ini adalah ayat pertama yang diwahyukan di dalam Al Quran. Mereka tercatat di dalam Surat 96:1-3.

Bagaimana Muhammad menanggapi pengalaman ini? Ia berkata bahwa jantungnya mulai berdetak sangat kencang atau “jantungnya bergetar.” “Otot-otot lehernya mengalami kekejangan secara tiba-tiba.” Ia lari ke rumah dan bertemu isterinya sambil berteriak, “Lindungi aku! Lindungi aku!” Mereka kemudian melindunginya sampai rasa takutnya hilang.

Lalu ia berkata kepada isterinya, “Oh Kadijah, apa yang salah pada diriku? Apakah yang terjadi padaku? Saya sangat ketakutan.” Ia menceritakan seluruhnya kepada isterinya. Isterinyapun sadar bahwa ia membutuhkan beberapa nasehat. [8]


PENDETA KRISTEN MENEGUHKAN WAHYU ATAS MUHAMMAD
Sampai di sini, sepupu Kadijah mulai masuk kembali dalam cerita. Kadijah mengirimkan Muhammad kepada sepupunya dan memberitahukan sepupunya bahwa Muhammad telah mendengar dan melihat. Pada saat itu sepupunya telah menjadi tua dan kehilangan penglihatannya. Waraqa menjawab, “Kudus, Kudus, Kudus - Aku bersumpah dalam nama Tuhan yang ke dalam tangan-Nya kuserahkan hidupku, aku bersumpah Kadijah, bahwa ini adalah tanda besar yang telah datang kepada Musa, dan Muhammad adalah nabi bagi bangsa Arab. Tetaplah teguh dan jadilah kuat.” Kadijah kembali kepada Muhammad dan memberitahukannya ada yang dikatakan oleh Waraqa.[9]

Keesokan harinya, Muhammad bertemu dengan Waraqa di dalam Ka’abah, dan sekali lagi Waraqa bersumpah, “Dalam nama Tuhan yang mengendalikan hidupku, engkau adalah nabi nagi bangsa Arab ini dan engkau telah menerima tanda dari Tuhan yang telah mendatangi Musa di masa lalu. Orang-orang akan menolakmu, menganiaya kamu, dan menendangmu keluar dari kotamu dan berkelahi dengan engkau, dan jika aku hidup pada waktu (penganiayaan) itu, aku akan membela Allah dengan cara yang tidak seorangpun tahu kecuali Allah sendiri.” Lalu ia menundukkan kepalanya kepada Muhammad dan menciumnya pada wajahnya dan Muhammad kembali pulang ke rumah.[10]
Meskipun Waraqa bersumpah akan mendukung Muhammad, ia tidak mampu memenuhi janjinya. Hanya beberapa hari atau beberapa saat kemudian, Waraqa meninggal dunia.[11]

Jadi di sini kita melihat gambaran Muhammad yang memiliki pengalaman di gua, meski tidak jelas signifikansinya, tetapi isteri dan sepupu isterinya mendukung gagasan bahwa ia telah dipilih menjadi nabi dari Tuhan yang sesungguhnya. Sekarang, mari kita lihat apa yang terjadi ketika Yesus pertama kali menyatakan bahwa dirinya adalah seorang nabi.

YESUS DAN YOHANES PEMBAPTIS
Yesus dan Yohanes Pembaptis telah terhubungkan, bahkan sebelum kelahiran mereka. Ketika ibu Yesus mengetahui bahwa dirinya hamil, ia pergi ke rumah ibu Yohanes (sepupunya) untuk menceritakan apa yang telah terjadi kepadanya (Lukas 1:39-45).

Ketika Yesus dan Yohanes berusia awal tiga puluh tahunan, Yohaneslah yang pertama kali muncul di hadapan orang banyak. Ia keluar dari Gurun Pasir Yudea dan mulai berkhotbah kepada orang banyak bahwa mereka harus bertobat dari dosa-dosa mereka. Orang-orang datang dari Yerusalem dan dari seluruh daerah Yudea untuk melihatnya. Ketika mereka mengakui dosa-dosa mereka, ia membaptis mereka di Sungai Yordan.

Orang-orang Yahudi berpikir bahwa mungkin Yohanes adalah Mesias yang mereka nanti-nantikan. Tetapi Yohanes berkata kepada mereka, “Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.” (Lukas 3:16)

Kemudian Yesus meninggalkan Nazaret dan datang kepada Yohanes untuk dibaptis. Kitab Injil mencatat:

“Pada saat Ia keluar dari air, Ia melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya. Lalu terdengarlah suara dari sorga: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.”
-- Markus 1:10-11 --

Sejak saat itu, Yohanes mengakui Yesus sebagai nabi (Mesias) yang telah diramalkan oleh Kitab Suci agama Yahudi.

“Dan Yohanes memberi kesaksian, katanya: "Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya. Dan aku pun tidak mengenal-Nya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus. Dan aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Tuhan.”
-- Yohanes 1:32-34 --

Yohanes terus berkhotbah dan membaptis, tetapi orang-orang mulai meninggalkannya dan pergi mendengarkan Yesus. Ketika salah seorang murid Yohanes mengeluhkan tentang hal ini, Yohanes berkata kepadanya:

“Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya. Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.”
-- Yohanes 3:28-30 --

Pesan Yohanes kepada orang banyak mengenai pertobatan tidak berhenti. Ia bahkan secara terbuka mengritik Raja Herodes karena menikahi isteri saudaranya. Sebagai akibatnya, Herodes memasukkan Yohanes ke dalam penjara dan bahkan memenggal kepalanya (Markus 6:14-29).

Jadi kita melihat beberapa persamaan yang menarik di sini. Baik Yesus maupun Muhammad diteguhkan menjadi seorang nabi oleh sepupu mereka, dan keduanya meninggal tidak lama setelah itu.

WAHYU YANG TERHENTI
Pada saat yang bersamaan dengan meninggalnya Waraqa, penurunan wahyu kepada Muhammad terhenti. Ia berhenti menerima kunjungan dari malaikat Gabriel.
Muhammad lalu berkata ia menjadi....

“sangat sedih... hingga ia beberapa kali menjatuhkan dirinya dari puncak gunung tinggi dan setiap kali ia hendak naik ke puncak gunung untuk menjatuhkan dirinya, malaikat Gabriel akan menampakkan diri di hadapannya dan berkata, “Ya Muhammad! Engkaulah Rasul Allah yang sesungguhnya.” Setelah itu hatinya menjadi tenang dan ia kembali ke rumah.”[12]

Muhammad kemudian menghabiskan waktu selama satu bulan di Gua Hira, untuk mencari wahyu selanjutnya, lalu turun kembali ke lembah. Ketika ia berjalan, Muhammad diceritakan mendengar seseorang memanggilnya dengan suara keras:

“Aku mencari di depanku, di belakangku, di sebelah kanan dan kiriku, tetapi aku tidak melihat satu orangpun. Sekali lagi aku mendengar namaku dipanggil dan aku mencari-cari tetapi aku tidak melihat apapun. Aku dipanggil lagi, lalu kuangkat kepalaku, dan disana aku melihat sebuah singgasana, dan di atasnya duduklah malaikat Gabriel. Aku mulai gemetar ketakutan. Aku datangi Kadijah dan berkata, “Tutupi aku.” Mereka menutupi aku dan menyiram air kepadaku dan Allah, uang Maha Mulia dan Agung menurunkan wahyu ini: “Kamu yang diselubungi kain! Bangkitlah dan sampaikanlah peringatan ini, Tuhanmu adalah Maha Kuasa dan sesungguhnya pakaianmu telah dibersihkan.”[13]

Ayat ini dicatat dalam Al Quran Surat 74:1-5. Setelah ini, wahyu pun kemudian kembali datang, “secara kuat, sering dan teratur.”[14]

Jadi ayat ini dianggap sebagai ujian pertama bagi Muhammad sebagai seorang nabi. Yesus pun mengalami ujian sesaat setelah Yohanes Pembaptis memperkenalkannya sebagai nabi dan “Anak Domba Tuhan.” Mari kita lihat hal itu sekarang.

PENCOBAAN YESUS DI PADANG GURUN
Setelah dibaptis oleh Yohanes, Yesus pergi ke padang gurun dan berpuasa selama empat puluh hari. Pada akhir puasanya, Injil Matius mencatat bahwa Setan mencobai Dia sebanyak tiga kali. Pertama, setan berkata:

“Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Tuhan, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Tuhan." Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Tuhan, lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Tuhan, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." Yesus berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhanmu!" Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku." 10 Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhanmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”
-- Matius 4:3-10 --

“Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Tuhan, kata-Nya: "Waktunya telah genap; Kerajaan Tuhan sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!”
-- Markus 1:14-15 ---

Di sini kita melihat bahwa Yesus begitu percaya diri tentang tujuan dan identitas dirinya sejak awal. Ia tidak bermasalah ketika harus menghadapi pencobaan. Sebaliknya, Muhammad membahayakan diri sendiri ketika wahyu kepadanya berhenti diberikan. Sekarang, mari kita lihat respon dari orang-orang kepada pesan yang disampaikan oleh Muhammad dan Yesus.

[1] Ibn Ishaq, hal 82.
[2] Abu Musa al-Hariri, Priest and Prophet: Research on the Rise of Islam, edisi 13 (Libanon: House for the Advancement Scholarship, 1991), 231 hal 37. Al-Hariri membuat beberapa daftar yang berisikan informasi tentang Waraqa, termasuk: Tabakat ibn Saad, vol. 1, hal 19, 129, 131, 156, 168; As Sirah al Halabiyah, vol. 1, hal 147, 152-153; Al Sirah Al Mecciyah, vol. 1, hal 188; The History of the Prophet and the Kings, dikenal juga sebagai Tarif Al-Tabari, vol. 2, hal 281; Ibn Hisham, vol. 1, hal 174. Saya menemukan buku ini setelah saya menjadi seorang Kristen dan tinggal di Afrika Selatan. Abu Musa aalah nama pena untuk seorang pendeta Marionite dari Libanon yang menulis tentang hubungan antara Islam dan Kekristenan. Pendeta ini menghabiskan hidupnya di biara, meneliti tentang hubungan antara Alkitab dengan Al Quran, dan antara Kekristenan dengan wahyu kepada Muhammad. Buku ini terkenal di lingkungan orang-orang Kristen berbahasa Arab di Timur Tengah. Yang mengejutkan saya adalah bahwa pendeta ini menulis dalam bahasa Arab klasik dengan sangat fasih. Saya tidak pernah berpikir bahwa seorang Kristen bisa menggunakan bahasa ini. Pendeta ini sangat terampil menggunakan Al Quran, hadits dan sumber-sumber sejarah lainnya. Sebagai contoh, saya mengetahui tentang Waraqa dari kuliah saya di Al-Azhar, tetapi saya tidak tahu banyak tentang keyakinan dari sektenya, kelompok Ebionit. Di Al-Azhar, kami tidak pernah menyerah untuk memberikan informasi atau tanda bahwa Muhammad juga dipengaruhi oleh sumber-sumber dari luar. Buku ini diberikan oleh seorang misionaris Libanon kepada saya yang mengambil kelas dari si penulis di seminari Katolik di Libanon. Setiap kali pendeta ini mengutip ayat dari Al Quran atau Hadits, saya memeriksanya kembali dan ternyata ia benar. Saya tidak dapat memeriksa beberapa dari sumber-sumbernya hanya karena saya tidak memiliki bukunya. Buku ini belum diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.
[3] Jesus-Institute.org, History and Timeline of Jesus, “First Century Context of Palestine (Israel),” latar pendidikan, www.jesus-institute.org (diakses pada tanggal 2 Januari 2004).
[4] Sahih al-Bukhari (The Corrects Book of Bukhari), vol. 9, buku 93, no. 588, terjemahan bahasa Inggris oleh Dr. Muhammad Muhasin Khan. Bahan ini diakses dari website University of Southern California, 2003.
[5] Al Hariri, Priest and Prophet.
[6] The Correct Books of Bukhari, vol. 6, buku 60, no. 478 dan vol. 4, buku 55, no. 605. Hadits ini juga menyatakan bahwa Waraqa lebih sering menulis dalam bahasa Ibrani daripada bahasa Arab. (Lihat juga The Correct Books of Bukhari, vol. 1, buku 1, no. 3).
[7] Ibn Kathir, The Beginning and the End.
[8] Kisah ini diceritakan oleh Aisha, isteri kedua Muhammad yang mengatakan bahwa ia mendengarnya sendiri dari Muhammad. Baik The Correct Books of Muslim maupun The Correct Books of Bukhari mencatat kisah ini dalam kumpulan kisah mereka dengan sedikit perbedaan di dalamnya. Lihat The Correct Books of Bukhari, vol. 9, buku 87, no. 111 dan vol. 1, buku 1, no. 3; The Correct Books of Muslim, buku 1, no. 301.
[9] Aspek dalam cerita ini disampaikan oleh Abdullah bin al Zubair, anak dari salah seorang teman baik Muhammad. Cerita ini dicatat dalam Ibn Hisham, vol. 1, bagian 2, hal 73.
[10] Ibn Hisham, vol. 1, bagian 2, hal 73.
[11] The Correct Books of Bukhari, vol. 1, buku 1, no. 3 dan vol. 6, buku 60, no. 478.
[12] Ibid., vol. 9, buku 87, no. 111. Diceritakan oleh Aisah.
[13] The Correct Books of Muslim, buku 1, no. 307. Diceritakan oleh Jabir.
[14] The Correct Books of Bukhari, vol. 1, buku 1, no. 3.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar