Karena Anda telah membaca tentang kisah hidup Yesus dan Muhammad, Anda akan dengan mudah memahami apa yang mereka ajarkan tentang perang dan penggunaan pedang. Bab ini akan dibagi menjadi tiga bagian:
Pertama, kita akan melihat pada apa yang diajarkan Muhammad tentang toleransi terhadap agama lain dan mengapa umat Islam moderat yakin bahwa jihad bukanlah peperangan secara fisik melainkan perang secara spiritual. Kemudian saya akan menjelaskan dua ayat dalam kitab Injil, dimana Yesus berbicara tentang “pedang.” Umat Islam menggunakan ayat ini untuk mengatakan bahwa Yesus mengajarkan para pengikutnya untuk melakukan perang jihad. Kita akan mengartikan ayat ini dengan menggunakan kitab Injil lainnya.
Kedua, kita akan melihat apakan Muhammad menganggap jihad sebagai tanggung jawab permanen atau sementara bagi umat Islam. Sebaliknya kita akan melihat bagaimana Yesus mengajarkan para pengikutnya untuk menghadapi musuh-musuh mereka.
Ketiga, kita akan memperbandingkan imbalan yang ditawarkan Muhammad kepada para pengikutnya jika melakukan jihad dan imbalan yang ditawarkan oleh Yesus kepada para pengikutnya ketika mereka memilih untuk tidak berperang.
Kesimpulannya akan menjawab pertanyaan serupa yang timbul dalam pikiran umat Kristen dan juga Islam: “Sejarah Islam penuh dengan darah, tetapi umat Kristen juga menumpahkan darah dengan tangan mereka. Jadi apa perbedaan antara perang yang dilakukan oleh umat Islam dan yang dilakukan oleh umat Kristen?”
MUHAMMAD DAN PERANG
Toleransi Vs Jihad
Ada beberapa ayat dalam Al Qur’an yang secara jelas memerintahkan umatnya untuk bertoleransi:
“Janganlah ada pemaksaan dalam agama: Kebenaran jelas berbeda dengan kesesatan; barangsiapa menolak melakukan yang jahat dan percaya kepada Allah akan berpegang pada tali yang tidak akan putus. Sesungguhnya Allah maha mendengar dan maha mengetahui.”
--- Surat 2:256; terjemahan Ali ---
Ayat ini mengatakan “Kamu tidak dapat memaksa seseorang untuk berpindah agama. Cara yang benar sudah jelas.” Muhammad menyampaikan ayat ini ketika ia baru tinggal di Medinah, sebelum perang Badar.
Di bawah ini adalah ayat lainnya tentang toleransi:
“Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab (Yahudi dan Kristen), melainkan dengan cara yang paling baik (melalui perkataan dan perbuatan baik, untuk mengundang mereka menerima Tuhan yang Esa dan ayat-ayat-Nya).”
--- Surat 29:46 ---
Surat ini diyakini diturunkan di Mekah ketika umat Islam mengalami penyiksaan dan penganiayaan. Ayat ini mengatakan bahwa umat Islam tidak perlu berdebat dengan orang Yahudi dan Kristen, sebaliknya mereka seharusnya mengundang mereka untuk memeluk Islam. Pada bagian ini, Muhammad masih percaya bahwa kebanyakan orang Yahudi dan Kristen akan menerima Islam karena mempercayai hanya satu Tuhan.
Tetapi, dalam Al Qur’an yang sama Anda akan menemukan ayat-ayat yang secara jelas mengijinkan untuk memerangi orang-orang yang tidak percaya dalam pengertian literal dan perang fisik di mana orang-orang dibunuh atau dipenjarakan. Bagaimana Anda menyesuaikan perintah yang berbeda ini? Kuncinya adalah memperhatikan kapan ayat-ayat ini diturunkan. Sebagai contoh
“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah (ketidakpercayaan dan politheisme, seperti menyembah yang lain selain Allah), dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah (di seluruh dunia).”
--- Surat 8:39 ---
“Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin itu untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar di antara kamu, mereka dapat mengalahkan seribu daripada orang-orang kafir, disebabkan mereka (orang-orang kafir) itu kaum yang tidak mengerti.”
--- Surat 8:65 ---
Ayat-ayat ini diturunkan di Medinah setelah Perang Badar (2 H), umat Islam terkejut dengan kemenangan pertama mereka melawan tentara Mekah. Surat 2:256, ayat yang berbicara tentang toleransi, diturunkan di Medinah sebelum Perang Badar.
Jadi, perintah mana yang harus diikuti? Pada zaman Muhammad, jawabannya jelas. Yang baru membatalkan yang lama. Orang-orang paham bahwa ketika Muhammad berkata inilah saatnya untuk beperang, maka waktunya toleransi telah berakhir. Prinsip ini dituangkan dalam Al Qur’an Surat 2:106:
“Ayat mana saja yang kami naskhkan, atau kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tiadakah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?”
Para sarjana Muslim mengatakan hal ini sebagai prinsip naskh. Idenya adalah bahwa wahyu yang diturunkan kepada Muhammad bersifat progresif. Karena itu, wahyu yang baru akan membatalkan wahyu yang lama. Prinsip ini tidak hanya diterapkan untuk hal jihad tetapi untuk masalah-masalah lainya, seperti minuman keras, keabsahan adposi dan arah wajah seseorang ketika bersembahyang.
Muhammad tidak melihat peluang ini sebagai sesuatu yang kontradiktif. Ia melihatnya sebagai sebuah perkembangan dari wahyu. Al Quran menjelaskan:
“Dan apabila kami letakkan suatu ayat di tempat ayat lain sebagai penggantinya, padahal Allah lebih mengetahui apa yang diturunkannya, mereka berkata, “Sesungguhnya kamu adalah orang yang Muftari (mengada-adakan saja atau pelupa)” Bahkan kebanyakan mereka tiada mengetahui.”
--- Surat 16:101 ---
Apakah Jihad adalah Pertempuran Rohani?
Dewasa ini, umat Islam sering mengatakan bahwa jihad adalah peperangan rohani di dalam diri seseorang untuk mengikut ajaran Islam. Darimana mereka mendapatkan gagasan ini? Beberapa umat Islam menunjuk pada kisah di dalam hadits:
“Muhammad baru saja kembali dari pertempuran ketika ia berkata kepada temannya, “Kami baru saja kembali dari jihad kecil kepada jihad yang besar.”
Temannya bertanya, “Wahai Rasul Allah, apa yang engkau maksud dengan pertempuran kecil dan pertempuran besar?”
Muhammad menjawab, “Pertempuran kecil adalah pertempuran dalam melawan musuh dalam Islam. Sedangkan pertempuran besar adalah pertempuran rohani dalam kehidupan umat Islam.”
Dengan kata lain, dalam perjalanan pulang dari peperangan, dilaporkan bahwa Muhammad mengatakan bahwa “pertempuran besar” adalah pertempuran batin. Kata “pertempuran besar” ini sering digunakan oleh umat Islam liberal.
Namun demikian, ada beberapa tantangan terhadap hadits ini yang perlu Anda ketahui:
1. Yang paling penting, hadits ini tidak konsisten dengan Al Quran dan ajaran Muhammad yang lainnya. Al Quran memberikan petunjuk kepada umat Islam mengenai kehidupan, tetapi tidak memberikan gambaran bahwa pertempuran untuk mengikuti petunjuk ini disebut sebagai “jihad.”
2. Dokumentasi yang mengaitkan kisah ini dengan kehidupan aktual Muhammad tidak kuat. Para ahli Islam ortodoks percaya bahwa Muhammad tidak pernah mengatakan hal ini. Syeikh al-Elbeni, salah seorang sarjana Hadits yang paling dihormati di dunia, menyatakan hadits ini sebagai hadits yang lemah, meskipun berasal dari sejarawan terpercaya lainnya.
Bahkan jika hadits ini dapat dipercaya, apa yang sebenarnya dikatakan? Apakah hadits ini membatalkan umat Islam untuk berperang? Tidak secara eksplisit. Apakah dijelaskan kepada umat Islam kapan peperangan itu akan berakhir? Tidak. Mari kita lihat apakah Muhammad memberikan titik akhir untuk jihad.
Titik akhir Perang Jihad
Mari kita lihat lagi di dalam Al Quran apakah umat Islam pernah diberitahukan untuk menghentikan perang suci melawan orang-orang kafir.
Sembilan tahun setelah kepergian ke Medinah (dan dua tahun sebelum kematiannya) Muhammad mengumumkan sebuah wahyu penting mengenai perilaku Islam terhadap orang-orang kafir. Muhammad membuat aturan untuk dibaca oleh umat Islam yang akan pergi ke Mekah untuk ziarah.
“maka bunuhlah orang-orang musyrik itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian.”
--- Surat 9:5 ---
“Perangilah orang-orang yang (1) tidak beriman kepada Allah, dan (2) tidak pula kepada hari kemudian dan (3) tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan rasulNya dan (4) tidak beragama dengan agama yang benar (contohnya Islam) di antara orang-orang yang diberikan alkitab kepada mereka (Yahudi dan Kristen) sampai mereka membayar jizyah (pajak) dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.
--- Surat 9:29 ---
Seperti yang Anda lihat, Muhammad tetap memerintahkan untuk melakukan jihad yang hanya dapat berakhir apabila orang-orang tidak percaya itu menjadi tunduk.
Hadits juga memuat nasehat ini dari Muhammad:
“Aku mendengar Rasul Allah berkata, Aku diperintahkan Allah untuk memerangi semua orang sampai mereka mengatakan tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa aku adalah utusannya. Dan siapapun yang mengatakan hal itu akan menyelamatkan nyawanya dan juga uangnya.”
Umat Islam kemudian mengambil tindakan atas ucapan Muhammad. Mereka melakukan jihad terhadap semua orang, menyerang semua orang di Asia, Afrika dan Eropa. Jadi, sulit dikatakan bahwa Muhammad memberikan titik akhir untuk jihad. Tetapi, umat Islam modern telah mengembangkan gagasan bahwa Muhammad hanya berperang dengan cara-cara perang yang benar. Mari kita lihat dari sudut pandang ini.
Perang yang Dibenarkan
Ketika berbicara melintasi Amerika Serikat, saya sering mendengar sebuah pernyataan terkenal, “Muhammad harus berperang kaerna ia mempertahankan wahyu dan orang-orangnya. Perangnya dapat dibenarkan.”
Mari kita lihat ayat yang menjadi sumber bagi pernyataan “perang adil” atau “perang yang benar.”
“Dan janganlah kau membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barang siapa dibunuh secara zalim, maka .... kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya (untuk meminta Qisas – Hukum Persamaan dalam hukuman - atau untuk mengampuni, atau mengambil Diyah (uang darah).”
--- Surat 17:33 ---
Ayat ini tidak berbicara tentang perang melainkan menunjuk pada pembunuhan yang diijinkan dalam masyarakat. Ayat ini berakhir dengan menggambarkan hak-hak bagi keluarga korban. Ini adalah bagian dalam Al Quran yang memberikan petunjuk mengenai hidup sehari-hari, seperti menghormati orangtua, memberi bagi orang miskin, moralitas seks dan perlakuan terhadap anak-anak yatim piatu, dan hal-hal lainnya. Namun demikian, ayat ini mengandung sumber bagi terminologi “perang adil.”
Sekarang mari kita lihat dalam ayat lainnya yang secara langsung berbicara tentang isu perang.
Mereka mengatakan Muhammad hanya mengijinkan perang jika disebabkan oleh sebab-sebab yang benar, yaitu ketika umat Islam dianiaya atau diserang pertama kali. Di bawah ini adalah ayat-ayat yang mendukung gagasan ini:
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi karena sesungguhnya mereka telah berbuat salah.”
--- Surat 22:39, terjemahan Ali ---
“Perangilah di jalan Allah mereka yang memerangi engkau, tetapi jangan melampaui batas, karena Allah tidak menyukai orang-orang yang melewati batas. Dan bunuhlah mereka dimana saja engkau menemukan mereka, dan usirlah mereka dari tempat mana mereka mengusir kamu.... Perangilah mereka sehingga tidak ada lagi kekacauan dan penindasan dan ketaatan hanya untuk Allah, tetapi jika mereka berhenti, maka tidak ada lagi permusuhan kecuali bagi orang-orang yang melakukan penindasan.”
--- Surat 2:190-193, terjemahan Ali, ---
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian maka condonglah kepadanya dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”
--- Surat 8:61 ---
Apakah Muhammad melakukan perang yang benar – hanya menyerang ketika ia diserang terlebih dahulu (memiliki penyebab yang benar)? Hal ini dapat dianggap benar untuk serangannya terhadap penduduk Mekah karena mereka menyulitkan Muhammad dan para pengikutnya ketika mereka masih tinggal di sana. Namun penduduk Mekah tidak mengikuti Muhammad sampai ke Medinah dan menyerangnya di sana. Mereka meninggalkannya sendirian. Muhammadlah yang melakukan penyerangan pertama kali, menyerang kereta-kereta yang kembali ke Mekah setelah dari Siria.
Beberapa orang mengatakan serangan Muhammad terhadap komunitas Yahudi dapat dibenarkan karena suku Yahudi bekerjasama dengan orang-orang Mekah menyerang Muhammad selama Perang Parit. Tetapi, orang Yahudi dan Mekah tidak berhasil di dalam peperangan, dan mereka tidak melukai Muhammad sama sekali. Orang Yahudi tidak serius mengancam orang-orang Islam.
Tetapi, setelah Muhammad menaklukkan orang-orang yang dianggap ancaman bagi Islam, ia terus melakukan jihad terhadap orang-orang yang bukan merupakan ancaman baginya. Ia mulai mengirimi surat kepada raja-raja dan penguasa di luar wilayah Arab, meminta mereka untuk tunduk pada Islam.
Setelah kematiannya, para pengikutnya juga melanjutkan melakukan jihad kepada negara-negara yang tidak bersikap agresif terhadap negara-negara Islam. Sebagai contoh, Mesir tidak pernah menyerang umat Islam, tetapi tentara Islam datang dan membunuh lebih dari empat juta orang Mesir selama abad pertama Islam.
Umat Islam tidak berhenti setelah Mesir; mereka pergi ke arah selatan menuju Sudan dan ke barat menaklukkan Afrika Utara. Apa yang dilakukan oleh negara-negara Afrika Utara sehingga mereka memprovokasi Muhammad atau para penggantinya? Tidak ada.
Apakah Spanyol, Portugis, dan Eropa bagian Selatan mengancam bagi Islam dan pengganti Muhammad? Tetapi, Islam menyerang mereka juga.
Kesimpulan saya adalah bahwa baik Muhammad maupun para pengikutnya tidak membatasi diri mereka hanya untuk melakukan ”perang yang benar”. Satu-satunya cara untuk menghindari pedang Islam adalah tunduk.
Sekarang mari kita lihat apa yang Yesus katakan tentang perang.
YESUS DAN PEDANG
Mengapa umat Islam berpikir Yesus memerintahkan Jihad?
Banyak umat Islam percaya bahwa Yesus juga memerintahkan untuk melakukan perang suci. Mereka menunjuk pada Matius 10:34-36 ketika Yesus memberikan perintah kepada kedua belas muridnya untuk pergi berkhotbah sendiri:
“Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.”
Umat Islam berkata, “Lihat, Yesus berkata bahwa ia datang untuk membawa pedang ke atas bumi.” Namun, maksud Yesus mengatakan hal ini menjadi jelas apabila kita melihat ajaran yang sama yang tercatat di dalam kitab Injil yang lain. Lukas mencatat perkataan Yesus:
“Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan. Karena mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga.”
--- Lukas 12:51-52 ---
Yesus memperingatkan para pengikutnya bahwa pesan yang ia bawa dapat menimbulkan pertentangan. Bukannya membawa orang-orang bersatu, tetapi malah memisahkan orang – bahkan anggota keluarga bisa saling bermusuhan. Yesus menjelaskan bahwa beberapa orang yang menjadi pengikutnya dapat mati di tangan saudara, ayah atau anak-anak mereka:
“Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah akan anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka.”
--- Matius 10:21 ---
Dengan kata lain, Yesus menyatakan bahwa pesannya dapat menyebabkan orang mengeluarkan pedang mereka untuk menyerang mereka yang memilih untuk mengikutinya.
Sebagai seorang Kristen yang berpindah dari negara Islam, dapat saya sampaikan kepada Anda, bahwa peringatan Yesus masih berlaku sampai hari ini. Dengan kesedihan yang dalam, ketika saya mengatakan kepada ayah saya hendak memilih mengikut Yesus, ia mencoba untuk menembak saya dengan senjatanya. Tetapi saya hanya mengalami kesulitan kecil dibandingkan dengan nasib beberapa umat Islam lainnya yang memilih untuk memeluk agama Kristen.
Jika kita melihat bagian lain dari pesan Yesus kepada murid-muridnya saat itu, kita melihat lebih banyak bukti bahwa pedang bukan berada di tangan orang-orang percaya melainkan di leher mereka. Bukannya menggunakan pedang, mereka malah menjadi korbannya.
“Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya.”
--- Matius 10:17 ---
“Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.”
--- Matius 10:28 ---
“... dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.”
--- Matius 10:39 --
Yesus memerintahkan murid-muridnya untuk membeli pedang
Beberapa umat Islam juga akan menunjuk pada perkataan Yesus lainnya tentang pedang. Hal ini diucapkan oleh Yesus setelah ia menyantap makan malam terakhir dengan murid-muridnya sebelum ia ditahan dan dibunuh. Yesus mengingatkan mereka akan perjalanan khotbah mereka yang sebelumnya.
“Lalu Ia berkata kepada mereka: "Ketika Aku mengutus kamu dengan tiada membawa pundi-pundi, bekal dan kasut, adakah kamu kekurangan apa-apa?”
--- Lukas 22:35 ---
Kemudian Yesus memberikan kepada mereka perintah yang baru:
“Tetapi sekarang ini, siapa yang mempunyai pundi-pundi, hendaklah ia membawanya, demikian juga yang mempunyai bekal; dan siapa yang tidak mempunyainya hendaklah ia menjual jubahnya dan membeli pedang... Kata mereka: "Tuhan, ini dua pedang." Jawab-Nya: "Sudah cukup."”
--- Lukas 22:36, 38 ---
Kata pedang dalam ayat ini menunjuk kepada pisau belati atau pedang pendek yang digunakan oleh para pelancong untuk perlindungan melawan perampok atau binatang buas.
Lukas tidak memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai instruksi ini. Namun, selanjutnya, pada malam yang sama, Petrus menggunakan salah satu dari kedua pedang murid-murid itu. Mari kita lihat bagaimana Yesus meresponi hal itu.
Seperti biasanya, Yesus pergi ke Bukit Zaitun untuk berdoa, dan murid-muridnya ikut bersamanya. Kemudian sejumlah besar orang bersenjatakan pedang dan pentungan menangkap mereka. Ketika orang-orang itu mendatangi Yesus dan menahannya, Petrus mengeluarkan salah satu dari pedang itu, menyerang hamba dari Imam Besar dan memotong telinganya. Lalu Yesus berkata kepada Petrus:
“Maka kata Yesus kepadanya: "Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang. Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku? Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian?"
--- Matius 26:52-54 ---
Setelah Yesus menegur Petrus, ia kemudian menyembuhkan telinga dari hamba itu dan Petrus pun membuang pedangnya. Pasukan tentara itu kemudian membawa Yesus ke hadapan imam besar, yang akhirnya membuat Yesus disalibkan. Jadi, ketika kita melihat kejadian pada malam Yesus ditahan, kita dapat mengetahui bahwa Yesus tidak bermaksud agar murid-muridnya menggunakan pedang untuk melindunginya.
Tetapi, apa maksud Yesus? Menurut pendapat saya, Yesus ingin agar murid-muridnya mengetahui bahwa setelah kematiannya, keadaan mereka tidak akan lagi seaman seperti sebelumnya. Karena itu, selama perjalanan mereka, mereka akan membutuhkan uang untuk membeli makanan dan pedang untuk melindungi diri mereka sendiri.
Apakah ada kemungkinan Yesus meminta mereka untuk mengorganisir sebuah kelompok militan untuk melindungi atau menyebarluaskan ajarannya? Tidak. Hal ini akan membuat apa yang diajarkan oleh Yesus selama ia hidup menjadi sangat tidak konsisten. Sebagai bukti lebih lanjut, setelah kematian Yesus, tidak ada bukti bahwa murid-muridnya mulai mengumpulkan senjata. Bahkan, satu-satunya pedang yang disebutkan dalam Alkitab pada masa awal pembentukan gereja, adalah milik kepala penjara yang menjaga Paulus dan Silas (Kisah Para Rasul 16:27).
TANGGAPAN YESUS TERHADAP MUSUH-MUSUHNYA
Yesus menjauh dari ancaman
Dalam kehidupannya, ketika Yesus diancam, ia tidak melawan balik. Ia malah menghindari mereka:
“Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya.”
--- Yohanes 7:1 ---
“Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia. Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana.”
--- Matius 12:14-15 ---
“Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.”
--- Lukas 4:28-30 ---
“Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Tuhan.”
--- Yohanes 8:59 ---
Di bawah ini adalah tanggapan yang sama dari Yesus yang ia perintahkan kepada kedua belas muridnya ketika mereka diancam:
“Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain…”
--- Matius 10:23 ---
“Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu.”
--- Matius 10:23 ---
Dan inilah apa yang dipraktekkan oleh para pengikutnya sebagaimana yang dicatat dalam kitab Kisah Para Rasul:
“(Setelah Stefanus mati dibunuh) Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria.... Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil.”
--- Kisah Para Rasul 8:1, 4 ---
“Dan Saulus tetap bersama-sama dengan mereka di Yerusalem, dan dengan keberanian mengajar dalam nama Tuhan. Ia juga berbicara dan bersoal jawab dengan orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani, tetapi mereka itu berusaha membunuh dia. Akan tetapi setelah hal itu diketahui oleh saudara-saudara anggota jemaat, mereka membawa dia ke Kaisarea dan dari situ membantu dia ke Tarsus.”
--- Kisah Para Rasul 9:28-30 ---
“Orang-orang Yahudi menghasut perempuan-perempuan terkemuka yang takut akan Tuhan, dan pembesar-pembesar di kota itu, dan mereka menimbulkan penganiayaan atas Paulus dan Barnabas dan mengusir mereka dari daerah itu. Akan tetapi Paulus dan Barnabas mengebaskan debu kaki mereka sebagai peringatan bagi orang-orang itu, lalu pergi ke Ikonium.”
--- Kisah Para Rasul 13:50-51 ---
“Maka mulailah orang-orang yang tidak mengenal Tuhan dan orang-orang Yahudi bersama-sama dengan pemimpin-pemimpin mereka menimbulkan suatu gerakan untuk menyiksa dan melempari kedua rasul itu dengan batu. Setelah rasul-rasul itu mengetahuinya, menyingkirlah mereka ke kota-kota di Likaonia, yaitu Listra dan Derbe dan daerah sekitarnya. Di situ mereka memberitakan Injil.”
--- Kisah Para Rasul 14:5-7 ---
Yesus tidak mau menghukum orang-orang yang menolaknya
Ketika saat kematiannya telah dekat, Yesus keluar kota Yerusalem bersama murid-muridnya. Ketika mereka telah dekat kota Samaria, Yesus mengirim beberapa utusan mendahului mereka untuk membuat persiapan akan kedatangan mereka. Tetapi penduduk Samaria menolak utusan itu karena mereka mengalami kepahitan akibat cara orang Yahudi memperlakukan mereka.
Ketika Yakobus dan Yohanes melihat hal itu, mereka bertanya, “Tuhan, apakah engkau ingin kami memerintahkan api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” Jika Yesus pada saat itu berkata, “Itu ide yang luar biasa, muridku. Aku akan minta kepada Bapaku untuk mengirimkan api untuk membinasakan kota itu,” maka kita akan memiliki bukti yang menyebutkan bahwa Yesus memerintahkan murid-muridnya unbtuk menggunakan perang suci terhadap orang lain. Namun, mari kita lihat apa yang Yesus lakukan:
“Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka. Lalu mereka pergi ke desa yang lain.”
--- Lukas 9:55-56 ---
Yesus tidak mau berperang untuk memperoleh kemerdekaan dari Roma
Pada masa Yesus, orang-orang Yehudi benci tinggal di bawah pendudukan Roma, dan banyak di antara mereka mencari Mesias yang akan menggulingkan Roma dan membangun Kerajaan di bumi. Namun, Yesus tunduk pada otoritas Roma:
“Kemudian pergilah orang-orang Farisi; mereka berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan.... Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?" Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik? Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu." Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya. Maka Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan siapakah ini?" Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Tuhan apa yang wajib kamu berikan kepada Tuhan."”
--- Matius 22:15, 17-21 ---
Ia menolak mengijinkan orang-orang menjebaknya untuk mendirikan kerajaan di bumi. Setelah Yesus memberi makan lima ribu orang dengan lima roti dan dua ikan, orang-orang mulai berkata:
“Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia." Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.”
--- Yohanes 6:14-15 ---
Sementara Yesus menolak untuk mendirikan pemerintahan secara politik di bumi, Muhammad malah berusaha keras untuk membangun sebuah kerajaan Islam secara fisik di bumi. Ia mengatakan bahwa Allah akan sangat menyayangi orang-orang yang menolongnya, terutama mereka yang berperang dalam pertempuran karena Allah.
IMBALAN DALAM ISLAM BAGI PERANG SUCI
Muhammad menjelaskan banyak imbalan bagi mereka yang mau berperang baik dalam kehidupan di dunia saat ini maupun kehidupan setelah kematian. Imbalan di dunia saat ini dapat berupa:
Kemakmuran
“Apa saja yang kamu habiskan pada jalan Allah, niscaya akan dibalas kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya”
--- Surat 8:60 ---
Muhammad menyimpan seperlima bagian dari hasil rampasan perang dan membagi-bagikan sisanya bagi pasukannya (Surat 8:41)
Kasih Sayang Allah
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalannya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kukuh.”
--- Surat 61:4 ---
“Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahal yang besar.”
--- Surat 4:95 ---
Pengampunan dosa
“(Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan rasulnya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu.... niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai....”
--- Surat 61:11-12 ---
Mencegah kemurkaan Allah
Allah tidak menyayangi orang-orang yang menolak untuk berperang.
“Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan Allah, dan tempatnya ialah neraka jahanam. Dan amat buruklah tempat kembalinya.”
--- Surat 8:16 ---
Imbalan dalam kehidupan setelah kematian mencakup:
Surga
Muhammad mendorong orang-orangnya untuk pergi berperang demi mendapatkan surga.
“Ketika menghadapi musuh... utusan Allah berkata: Sesungguhnya, pintu gerbang surga ada di bawah bayang-bayang pedang. Seseorang yang dalam keadaan yang buruk bangun dan berkata: Abu Musa, apakah kamu dengar perkataan utusan Allah?” Ia menjawab: Ya. (Narator berkata): Lalu ia kembali kepada teman-temannya dan berkata: Aku menyalami engkau (sebuah salam perpisahan). Kemudian ia mematahkan sarung pedangnya dan membuangnya, kemudian dengan pedangnya (yang terbuka) ia mendatangi musuhnya dan memerangi (mereka) dengan pedang itu sampai ia terbunuh.”
--- Surat 8:16 ---
Perawan
Muhammad mengatakan taman surga akan menyediakan perawan-perawan cantik bagi para pria untuk digunakan bagi kesenangan mereka.
“Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka dan tidak pula oleh jin.”
--- Surat 55:56 ---
“Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang baik lagi cantik”
--- Surat 55:70 ---
IMBALAN YESUS BAGI PERDAMAIAN, BELAS KASIHAN
DAN PENGAMPUNAN
Yesus tidak pernah berbicara tentang perang demi Tuhan, jadi tentu saja ia tidak menjanjikan apa-apa bagi mereka yang melakukannya. Tetapi, Yesus berbicara tentang imbalan bagi mereka yang menolak untuk berperang.
Ajaran ini dijelaskan dalam Khotbah Yesus yang terkenal di atas Bukit. Ia memulainya dengan menyebutkan tipe orang-orang yang “diberkati”. Mereka adalah di antaranya:
“Berbahagialah orang yang murah hatinya,
karena mereka akan beroleh kemurahan....
Berbahagialah orang yang membawa damai,
karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran,
karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.”
--- Matius 5:7, 9-11 ---
Kemudian ia menjelaskan tentang persyaratan Tuhan untuk masuk dalam kerajaan sorga, yaitu kebenaran yang melampaui kebenaran hukum. Kebenaran ini adalah kebenaran yang melampaui tindakan, dan lebih kepada sikap hati.
Dalam khotbahnya, Yesus menerapkan konsep ini dalam banyak hal, tetapi mari kita lihat apa yang ia katakan tentang perang dan balas dendam.
“Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu. Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?”
--- Matius 5:38-46 ---
“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”
---Matius 7:12 ---
BAGAIMANA DENGAN PERANG SALIB?
Pada bab ini, kita telah melihat pada bagian penting di mana Yesus dan Muhammad terlihat sangat berbeda. Dengan cara yang sama bahwa Yesus terkenal karena mujizat dan kuasa kesembuhan, Muhammad terkenal dengan perang jihad. Namun demikian, ada satu pertanyaan mengenai perang yang belum kita bahas.
Ketika saya berbicara baik dengan orang Muslim atau Kristen, jika kita sampai pada topik perang suci, saya selalu diperhadapkan dengan pertanyaan, “Bagaimana dengan Perang Salib?” Orang-orang mau menunjuk bahwa meskipun Islam mempunyai sejarah yang penuh darah, Kristen juga. Di sini, saya akan menjawab pertanyaan beberapa tahun lalu ketika berdebat dengan Ketua Departemen Studi tentang Islam di Universitas Rau, Johannesburg, Afrika Selatan. Saat itu, sekitar dua ratus mahasiswa menjadi penonton.
Ketika profesor ini bertanya kepada saya mengapa saya meninggalkan Islam, saya menjawabnya, “Saya telah mempelajari Islam dengan cara yang sangat dalam, dan ternyata Islam adalah agama yang penuh pertumpahan darah. Ketika umat Islam berhenti membunuh orang-orang non-Islam, mereka berbalik dan mulai membunuh satu sama lain.” Kemudian saya memberinya contoh: Perang Konversi yang membunuh hampir sembilan puluh ribu orang yang mencoba untuk berhenti membayar zakat, atau pajak amal, setelah kematian Muhammad; Perang Sufyan, di mana sepuluh ribu umat Islam mati berperang untuk memiliki siapa yang akan memimpin negara Islam stelah kematian Muhammad; Perang Iran/Iraq, di mana satu juta orang dibunuh dan dua juta orang menjadi cacat selama perang sembilan tahun; perang sipil di Aljazair, di mana 150.000 orang dibunuh selama tujuh tahun terakhir.
Ia menjawab, “Orang Kristen juga melakukan perang suci.” Mereka menggenapi pesan dari Alkitab untuk menggunakan pedang. Yesus mengatakan di dalam Matius 10:34, “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.” Ia kemudian mengingatkan saya, “Lihat saja Perang Salib. Perhatikan Irlandia. Lihat juga Yugoslavia dan apa yang dilakukan orang Serbia Kristen kepada umat Islam.
Saya tidak membahas Matius 10:34 pada saat itu, tetapi saya menjawabnya, “Baik. Hal ini terjadi dan akan terus terjadi di dalam Islam dan Kristen. Tetapi kenyataan bahwa ketika umat Islam menggunakan pedang mereka sedang mempraktekan ajaran Al Quran tentang perang suci yang ditunjukkan dalam banyak ayat dan pasal yang dan dituangkan dalam tindakan para pendahulunya. Tetapi saya menantang Anda untuk mencari pada Kitab Suci, di mana Yesus memerintahkan murid-muridnya untuk pergi dan membunuh demi nama Yesus Kristus.
“Dan apa yang Anda katakan kepada saya tentang perbuatan jahat yang dilakukan oleh orang-orang Kristen – berarti orang-orang ini hanya namanya saja yang Kristen. Mereka tidak menaati ucapan Kristus dan mereka dibuang ke neraka atas keinginan hati mereka sendiri. Akitab katakan, “Hati orang penuh dengan tipu daya.” Karena itulah, Anda tidak bisa melihat perbedaan antara tidnakan orang Islam yang membunuh dan merusak dengan tindakan orang Kristen yang membunuh dan merusak. Perbedaan di antara mereka hanyalah apakah mereka mengikuti teladan pemimpin mereka.”
Profesor itu tidak berkata apa-apa lagi setelah mendengar jawaban itu. Ia hanya pindah ke topik yang lain.
Fakta yang sederhana adalah bahwa setiap orang yang ikut dalam Perang salib sesungguhnya bertentangan dengan ajaran Yesus. Orang-orang ini dapat memikul salib, tetapi mereka tidak mengikuti Kristus. Tetapi, ketika umat Islam menggulingkan pemerintahan dengan paksa, mereka mengikuti baik ajaran maupun teladan dari Muhammad.
PERBANDINGAN YANG MENARIK
Ada dua kisah lucu tentang Yesus dan Muhammad yang menunjukkan perbedaan mereka tentang perang suci.
“Suatu hari setelah perang, Muhammad kembali ke rumahnya dan memanggil puterinya Fatimah. Ia berkata, “Cucilah darah di pedang ini, dan aku bersumpah demi Allah pedang ini akan selalu patuh kepadaku setiap saat.” Ia kemudian mengambil pedang temannya, Ali ibn Abu Talib dan mencucikannya baginya.
Jadi Muhammad meminta anak perempuannya untuk mencuci pedangnya, yang biasanya ia kerjakan sendiri, lalu ia sendiri mencuci pedang Ali sebagai rasa hormatnya.
Sekarang mari kita lihat bagaimana cara Yesus menghormati pengikut-pengikutnya:
“Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.... Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya. Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.”
--- Yohanes 13:4-5, 12-17 ---
Muhammad mencuci pedang pengikutnya; sedangkan Yesus mencuci kaki pengikutnya. Tidak ada cari lain yang lebih mudah untuk menilai perbedaan di antara mereka.
PERBANDINGAN YANG MENARIK
Semakin Anda mengetahui tentang Yesus dan Muhammad, semakin Anda akan melihat perbedaan yang sangat mendasar di antara mereka. Namun, banyak orang-orang Barat mencoba mencari persamaan mereka. Beberapa penulis bekerja keras untuk mencari ayat-ayat dari Alkitab dan dari Al Quran yang kedengarannya mirip dan menaruhnya berdampingan. Tujuan mereka adalah mengurangi permusuhan di antara orang Islam, Yahudi dan Kristen dan menyatukan mereka. Ini adalah tujuan yang mulia.
Namun demikian, dalam mencari ayat-ayat yang sama, akan mudah tersesat ketika melihat gambar yang besar. Dalam bab berikutnya kita akan melihat pada topik yang sangat mudah diselewengkan – cinta kasih. Daripada membandingkan ayat-ayat yang dipisahkan, kita akan melihat gambaran secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh Yesus dan Muhammad – dan menemukan perbedaan yang lebih signifikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar